Pada umumnya manusia ketika diperhadapkan pada masa-masa yang sulit, akan berdoa agar segera dilepaskan dari himpitan kesulitan tersebut. Karena kesulitan itu sangat tidak enak, tidak nyaman, sakit, membuat stres bahkan sampai ada yang ingin segera mengakhiri hidupnya karena tidak tahan terhadap tekanan yang bertubi-tubi.
Satu hal yang sedang diajarkan kepada kita melalui masa sulit ini adalah : MENGUBAH CARA BERPIKIR KITA
Pernahkah kita mengamati, bahwa cara berpikir Tuhan (surgawi/ilahi) bertolak belakang 180 derajat dari cara pikir manusia (duniawi)? Jadi apa yang kita pandang sulit dan menyakitkan, di mata Tuhan justru indah dan menyenangkan.
Perjalanan padang gurun adalah masa-masa kesengsaraan bagi sebagian besar bangsa Israel yang terus-menerus membandingkan keadaan mereka dengan kehidupan mereka sebelumnya di Mesir. Mereka belum bisa melihat kebebasan dari predikat budak sebagai sebuah hadiah. Mereka belum bisa melihat perjalanan sehari-hari bersama TUHAN sebagai sebuah anugerah. Mata mereka masih ditutupi oleh hal-hal materi, pikiran mereka masih tertuju pada hal-hal duniawi.
Sementara bagi TUHAN, perjalanan bersama anak-anak-Nya adalah hal yang sangat membahagiakan, sama seperti ketika kita sebagai orangtua bisa selalu dekat dengan anak-anaknya dan melihat perkembangan mereka dari hari ke hari. Apalagi ketika orangtua masih bisa membantu atau dilibatkan dalam kesulitan yang tengah dihadapi anak-anaknya. Ada yang lebih berharga daripada kesulitan itu sendiri, yaitu kebersamaan mereka, ikatan emosi antara mereka di saat susah, yang akan terukir lebih mendalam pada memori mereka.
Jadi, mari belajar untuk tidak lagi melihat masa sulit sebagai sebuah kesusahan dan kesengsaraan yang harus dihadapi dengan keluh kesah. Ketika kita tahu bahwa setiap kesulitan adalah kesempatan bagi TUHAN untuk membersamai kita, dan kesempatan bagi kita untuk semakin intim dengan-Nya, maka kita akan merasa sayang jika momen ini harus buru-buru berlalu. Kita justru akan tersenyum senang karena kita tahu, apa yang tengah menunggu kita di balik semua kesulitan itu.
Apa perbedaan Yosua dan Kaleb dengan 10 orang pengintai lainnya ketika Musa menyuruh mereka memata-matai negeri yang dijanjikan TUHAN kepada mereka?
Bilangan 13:30-31
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."
Perbedaannya terletak pada cara berpikir mereka.
Kaleb melihat kesempatan, yang lain melihat kesulitan.
Kaleb melihat ada kesempatan untuk bisa bersama-sama dengan TUHAN menduduki negeri itu. Fokusnya ada pada hadiah yang dijanjikan TUHAN, bahkan pada TUHAN itu sendiri. Kaleb percaya sepenuhnya pada perkataan dan janji TUHAN.
Sedangkan sepuluh orang lainnya melihat kesulitan lebih besar dari pada TUHAN mereka. Dan mereka fokus pada kemampuan atau kekuatan mereka sendiri.
Mari kita belajar dari teladan Kaleb. Mulai sekarang, setiap kali ada tantangan menghadang, maka lihatlah itu sebagai kesempatan untuk TUHAN menunjukkan kuasa-Nya. Nantikanlah setiap masalah, dan jalanilah dengan sukacita, jangan biarkan ia cepat berlalu, karena keintiman dengan TUHAN justru paling besar di saat-saat kita sedang ada dalam tekanan kesulitan.
TUHAN memberkati.