Pelajaran ketiga yang diberikan Tuhan pagi ini adalah soal KETAATAN.
Melalui peristiwa seorang teman yang selama ini intens bertukar pikiran tentang Tuhan, dan sebenarnya mempunyai dorongan yang amat kuat untuk mengikut Yesus, tapi ketika hendak kami doakan, dia terus berdalih dan menunda-nunda untuk mengambil keputusan. Dia berkata bahwa dirinya telah berdoa sendiri meminta Tuhan Yesus menjadi pembimbingnya, namun pada kenyataannya, tidak terjadi suatu perubahan apapun dalam dirinya. Hidupnya tetap dikuasai dan dikendalikan oleh rupa-rupa godaan dunia. Naik turun secara emosi, dan berupaya mencari pertolongan kesana kemari ketika merasa jiwanya terjepit oleh berbagai tekanan. Ia hanya senang ditolong dan diperhatikan, tapi tidak mau mencari Sumber pertolongan itu sendiri.
Apa yang terjadi pada dirinya adalah, ia hanya percaya di bibir saja, tapi tidak sepenuh hati dan pikirannya. Ketika dia ditantang untuk melangkah lebih dari sekadar omongan, yaitu mau melakukan tindakan iman dengan caea bersedia saya doakan, ia tidak berani. Termasuk masih ragu-ragu jika harus menanggung konsekuensi atas pilihannya. Karena mengikut Kristus berarti harus mau meninggalkan dan menanggalkan gaya hidup manusia lamanya. Dan itu tidak enak bagi mereka yang masih dikuasai oleh kedagingan dan kehidupan duniawi. Harus mau menerima konsekuensi ditolak oleh dunia, oleh keluarganya, oleh lingkungan pergaulannya, dan sebaliknya memilih fokus hanya pada suara Kristus saja.
Menjadi pengikut Kristus memang tidak mudah. Ada harga yang harus dibayar. Ada salib yang harus dipikul, tanda menjadi pengikut-Nya, yaitu pola pikir yang berbeda dengan pola pikir dunia, gaya hidup yang berlawanan dengan dunia, dsb. Bukan hanya sekadar di bibir mengucapkan I love You Jesus... Thank You Jesus, sedangkan di tingkat tindakan tidak ada pembuktian tanda ketaatan.
Ketaatan adalah tetap melakukan perintah-Nya walaupun daging kita tidak menyukainya. Walaupun kita takut. Ketaatan adalah bukti dari sikap percaya kita kepada-Nya. Bagaimana kita bisa berkata bahwa kita kepada Yesus, tapi kita tidak mau taat pada perintah-Nya?
Ketika Tuhan meminta kesediaan kita untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya kita takut sekali melakukannya, di situlah iman kita sedang diuji. Apakah kita lebih percaya kepada-Nya atau pada ketakutan kita? Ketaatan kita adalah jawabnya.
Jadi, percaya itu harus dibuktikan dengan tindakan, melalui ketaatan kita.
Contoh, anak kita sedang berada di seberang jalan, dia mau menyeberang tapi takut, lalu kita sebagai ibunya bilang, "Gak apa-apa..., sini nyeberang aja..., ibu kan ada di sini."
Apa yang harus dilakukan oleh si anak?
Kalau dia percaya pada ibunya, dia akan langsung bertindak, melangkahkan kakinya.
Kalau dia tidak percaya, ya dia hanya akan berseru-seru saja minta tolong, tapi tidak melangkah-melangkah. No action, talk only alias NATO.
Ketaatan baru muncul jika ada sikap respek dan percaya. Sikap menghargai.
Dan sikap menghargai timbul dari pengalaman kita ditolong dari hal yang sangat sulit dalam kehidupan kita.
Bersikap ragu-ragu itu melelahkan. Baik bagi diri sendiri, maupun orang yang kau mintai saran dan nasihat. Jadi jangan meminta nasihat jika kamu sendiri belum yakin bisa melakukannya, itu akan menyusahkan orang lain yang berniat menolongmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar