Google

Senin, 29 Oktober 2007

STOP PRESS! PESTA BLOGGER 2007

Berita tentang akan diadakannya Pesta Blogger Indonesia tahun 2007 pertama kali saya ketahui dari Jennie S. Bev, dan sejak itu saya menyatakan dukungan terhadap acara ini dengan mencantumkan logo Pesta Blogger 2007 di blog ini.

Meski saya tak terdaftar sebagai peserta maupun hadir dalam acara akbar tersebut, setidaknya saya mengikuti perkembangan Pesta Blogger ini dari berbagai milis.

Dari milis Forum Pembaca Kompas yang dikomandani oleh Mas Agus Hamonangan saya jadi tahu perkembangan blogger di dunia maupun di Indonesia saat ini.

Dari artikel Jangan Abaikan Blogger yang ditulis oleh J Heru Margianto disebutkan bahwa Blog sebagai kekuatan baru dunia informasi tak dapat dipungkiri lagi. Contoh kasus kerusuhan di Myanmar tempo hari, berhasil didokumentasikan dan disiarkan oleh para blogger ke seluruh penjuru dunia meski berada di bawah ancaman dan tekanan dari junta militer yang berkuasa. Ini menunjukkan bahwa suara para blogger tidak bisa lagi diabaikan.

Perkembangan jumlah blog sendiri disinyalir bertambah dua kali lipat setiap bulan. Sementara, setiap hari tercipta lebih dari 70 ribu blog baru di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia, sebagaimana diliput oleh Majalah Business Week, telah mencatatkan Jakarta ke dalam 30 kota yang aktivitas ngeblog-nya tinggi. Sementara kabar dari Word Press menyebutkan bahwa dalam statistik bulan Juni bahasa Indonesia berada dalam urutan ketujuh bahasa yang paling banyak digunakan di situs ngeblog itu.

Bagaimana dengan persiapan Pesta Blogger 20o7 itu sendiri?
Dikabarkan pantia sempat kewalahan dengan membludaknya peserta, sampai-sampai memindahkan lokasi pelaksanaan ke tempat yang lebih besar.
Wah, luar biasa ya?

Dalam acara ini dinominasikan sejumlah blog berdasarkan kategorinya (berikut para pemenangnya sesuai berita terbaru yang saya peroleh hari ini).
  1. Kategori online marketing dan sales: Media Ide Bajing Loncat
  2. Kategori women’s issues: Fashionese Daily
  3. Kategori blog teknologi: Ilmu Komputer.com
  4. Kategori blog personal: Istri Bawel
  5. Kategori blog selebriti: Jennie S. Bev
  6. Kategori current issues: Perspektif. net
  7. Kategori bridge blogging: Enda Nasution
  8. Kategori pendatang baru terbaik: Lidya Wangsa
Dan wow, di blog selebriti terbaik terpilih Jennie S.Bev, sebagaimana sudah saya duga sebelumnya. Bukan karena saya nge-fans pada Jen, tapi blog Jen memang patut mendapat penghargaan terbaik. Paling tidak, menurut saya, blog Jen memenuhi kriteria informatif dan terpercaya, edukatif, memiliki misi yang jelas, desain yang menarik dan beberapa kelebihan lain yang akan terlalu panjang jika saya sebutkan satu persatu di sini ;-)).
Congratulations, Jen dan juga para pemenang lainnya. Salam persaudaraan semuanya.

Akhir kata, semoga kemeriahan acara ini tak berhenti sampai di sini. Semoga para Blogger tetap menjalankan misinya masing-masing di dunia teknologi informasi ini untuk menjadi pembawa pesan, informasi, kebenaran, keadilan dan perdamaian bagi dunia kita bersama.

Salam

Kamis, 25 Oktober 2007

MENERIMA DIRI SENDIRI

Setelah belajar mengenal diri, kita lanjut ke tahap berikutnya, yaitu menerima diri sendiri.

Sebagian orang (termasuk saya) ternyata memerlukan waktu ekstra untuk bisa menerima diri sendiri. Lho, apa sulitnya sih menerima diri sendiri? Dan kenapa jadi sulit?

Ini beberapa kasus yang sempat tercatat oleh saya:
  1. Penolakan yang dialami semasa kecil
  2. Pengalaman ditolak/dikucilkan dari kelompok yang terjadi berulang-ulang
  3. Keserakahan (menginginkan status, posisi, nasib orang lain)
  4. Kesombongan (tidak mau menerima kelemahan diri)

Jika ada mau menambahkan, silahkan. Tapi saya coba membahas 4 yang di atas dulu ya?

Jangan pernah abaikan pengalaman masa kecil, bahkan yang tanpa kita ketahui pernah terjadi semasa masih berupa janin dalam rahim ibunda.

Apakah itu mereka yang dulunya pernah akan digugurkan, yang kelahirannya tak diinginkan, atau yang diinginkan lahir dengan jenis kelamin tertentu, yang lahir dan besar dalam keluarga broken home, orangtua yang bercerai, dst hampir sebagian besar pernah mengalami "rasa tertolak" yang mungkin bisa berlanjut hingga dewasa, bahkan tanpa mereka pernah menyadari, kenapa dan darimana mereka mempunyai perasaan tersebut. Seolah-olah itu memang sudah menjadi bagian dari diri mereka. "Rasa tertolak" ini bisa sangat mengganggu kecerdasan emosional pemiliknya. Mereka menjadi peragu, pemurung, cenderung menarik diri dari pergaulan. minder, merasa ada yang kurang, tidak PD, dll.
Bahkan sekalipun mereka memiliki prestasi yang menjulang, multi talenta, namun di lubuk hati yang terdalam, prestasi tertinggi yang mereka dambakan sebenarnya adalah penerimaan tanpa syarat, pertemanan yang sejati, persaudaraan yang abadi. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai lebih besar artinya daripada pengakuan akan prestasi mereka. Bagi yang belum menyadari, mereka bisanya justru menggunakan jalan prestasi untuk bisa diterima. Bagaimanapun, kebutuhan untuk diterimalah yang menjadi prioritas utama.

Pengalaman ditolak/dikucilkan, biasanya terjadi di lingkungan yang rasis. Dampaknya lebih terasa bagi mereka yang perasa. Sedikit kasak-kusuk, cekikikan teman yang tidak melibatkan mereka, menjadi isu penolakan yang terbawa hingga dewasa. Jika ini diizinkan untuk terekam ulang ke pikiran bawah sadar kita, maka kita akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, terlalu sensitif dan selalu dipenuhi rasa curiga.

Keserakahan atau kemarukan adalah bentuk lain tidak bisa menerima diri. Tidak puas terhadap diri sendiri. Ingin jadi seperti orang lain. Selalu iri melihat orang lain lebih baik dan lebih beruntung. Menginginkan nasib baik orang lain jatuh kepadanya, ingin menggeser posisi orang lain yang lebih tinggi, dst.

Ketidakmampuan untuk menerima diri sendiri bisa jadi juga berasal dari sisi kesombongan kita. Kita cenderung ingin melihat yang baik-baik saja dari diri kita, tapi sulit menerima kelemahan diri. Sulit dikritik. Selalu ingin dipuji. Kita lupa bahwa setiap manusia punya kelebihan tapi juga ada kekurangannya.

Nah, beberapa hal yang saya sebutkan di atas, jika tidak segera diselesaikan tidak akan segera membawa kita kepada perubahan yang kita inginkan. Kita perlu belajar jujur pada diri sendiri. Kita perlu rendah hati mengakui kelemahan kita. Tapi kita juga harus bersyukur dengan talenta yang kita miliki dan mengembangkannya semaksimal mungkin. Jangan malahan kita lebih ngotot mengembangkan talenta orang lain yang kita inginkan bisa kita miliki. Banggalah dengan apa yang ada pada diri kita, meskipun kelihatan "berbeda" dari rekan-rekan kita. Jangan takut menjadi "berbeda" dan jangan merendah-rendahkan diri hanya agar dapat dianggap sama dan diterima oleh komunitas atau kelompok yang kita kagumi.

Nampaknya ini serupa dengan saat pencarian jati diri di masa pubertas ya? Tapi percaya nggak percaya itu terus berlanjut ke masa dewasa jika kita tak segera menyelesaikannya lho.

OK, sekian dulu postingan saya hari ini. Semoga bermanfaat.

Salam,

Rabu, 24 Oktober 2007

MENGENAL DIRI SENDIRI

Sudahkah Anda mengenal diri sendiri?
Sejauh mana Anda mengenal diri sendiri?

Bagaimana cara Anda memahami sesuatu?
Apa tipe belajar Anda?
Apakah Anda mengetahui bagaimana otak Anda bekerja?

Bagaimana hubungan otak Anda dengan cara berpikir dan bereaksi Anda?
Bagaimana proses kerja pikiran Anda?
Bagaimana proses kerja emosi Anda?
Bagaimana cara Anda memaksimalkan kerja otak Anda?

Apakah Anda mengetahui apa yang sejatinya Anda inginkan?
Dan bagaimana cara mencapai apa yang Anda inginkan itu dengan apa yang ada pada diri Anda?

Apakah Anda tahu nilai-nilai apa yang mengendalikan diri Anda selama ini, yang Anda yakini dan Anda jadikan standar ukur keputusan Anda?

Sederetan pertanyaan di atas barulah sebagian kecil dari proses mengenal diri sendiri. Masih banyak pertanyaan berikutnya yang mengantre untuk dijawab.

Benarkah kita telah sungguh-sungguh mengenal diri kita sendiri dengan baik?

Apakah kita tahu, bahwa diri kita yang sekarang adalah hasil bentukan dan pilihan kita sendiri di masa lalu?
Apakah kita bisa merancang dan memilih kita ingin jadi siapa dan bagaimana 10 tahun yang akan datang?

Buku Piece of Mind dari Sandy MacGregor banyak sekali menolong saya lebih mengenal dan memahami diri sendiri. Misalnya, saya jadi tahu bahwa tipe belajar saya adalah dengan melihat (visual) dan melakukan (kinestetik). Lihat dan praktekkan! Itulah saya. Sebaliknya saya sulit belajar sesuatu hanya dari mendengar (auditori). Saya ingat, saat sekolah dan kuliah dulu, semua pelajaran baru bisa menyerap ke otak saya ketika saya membaca ulang dan membuat coretan-coretan sendiri di buku saya, dan BUKAN karena mendengar Dosen saya mengajar.

Sandy juga menjelaskan dengan baik tentang cara kerja otak kita. Apa itu otak kiri dan otak kanan. Apa itu gelombang energi otak yang dikenal dengan alpha, beta, theta dan delta.Apa yang disebut pikiran sadar dan bawah sadar. Bagaimana cara mengefektifkan kerja pikiran bawah sadar kita. Apa manfaatnya bagi kita, dst.

Kita tahu bahwa kunci perubahan diri dimulai dari PIKIRAN, dan buku Sandy ini sangat menolong kita mengetahui lebih banyak bagaimana cara berpikir dan menggunakan otak dengan benar dan efektif.

Selain Sandy MacGregor, ada juga tulisan Bpk Ikhwan Sopa yang saya peroleh dari e-mail. Mudah-mudahan dapat menolong kita untuk makin mengenal diri sendiri. Berikut cuplikannya,


Tips 162: Mindset Sukses - Melaju di Tengah Badai

Mindset I: Balancing Your Mind

Selalulah berupaya mengenali cara dan pola berpikir Anda sendiri. Ketahuilah bahwa otak dan pikiran Anda punya dua cara kerja utama. Ada yang bekerja dengan gaya kiri, dan ada yang bekerja dengan gaya kanan.

Cara kerja otak kiri adalah demi bertahan dan survive. Demi keamanan dan keterencanaan. Demi masa depan dan demi tujuan. Ia lebih dekat pada upaya menganalisis keadaan. Ia pandai berhitung, dan pandai memilah-milah dengan ilmiah. Ia kaku dan apa adanya.

Cara kerja otak kanan adalah demi kemajuan dan progress. Demi kepuasan dan keterkendalian. Demi saat ini dan demi pencapaian. Ia lebih dekat pada upaya kreatif. Ia pandai menemukan jejak, dan pandai menyesuaikan diri. Ia fleksibel dan mampu mengadaptasi.

Setiap detik, setiap menit, dan setiap saat, Anda sudah sangat terbiasa mengaktifkan otak kiri Anda.
Sudah saatnya bagi Anda untuk juga membiasakan diri mengaktivasi sisi kanan dari otak Anda. Adalah pada tempatnya jika Anda mulai membiasakan diri berada di dalam keseimbangan pikiran.

Keseimbangan pikiran adalah bekal utama yang pertama untuk bertahan di tengah badai. Tanpa keseimbangan ini, Anda akan merasa tidak berguna, useless, dan tak tahu harus bagaimana. Dengan keseimbangan pikiran, Anda selalu bisa kembali fokus.

Kenalilah state dan kondisi otak dan pikiran Anda setiap saat, agar bisa Anda manfaatkan sehingga Anda bisa efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.

Mindset II: Balancing Your Emotion

Otak kiri dan otak kanan Anda erat hubungannya dengan perasaan dan emosi Anda.

Otak kiri Anda berkaitan dengan rasa mampu bertahan dan rasa keselamatan. Erat hubungannya dengan rasa aman dan rasa tetap berada di jalur yang tepat. Erat hubungannya dengan rasa kejelasan tentang masa depan dan rasa mampu mencapai tujuan.

Otak kanan Anda berkaitan dengan rasa memiliki kemajuan dan rasa memiliki peningkatan dalam berbagai tahapan bisnis dan kehidupan. Erat kaitannya dengan perasaan yang datang dan pergi di setiap waktu, dan kadang tidak terkait langsung dengan kondisi yang sesungguhnya. Erat hubungannya dengan rasa "selalu punya jalan" dan "selalu punya harapan".

Keseimbangan di dalam emosi dan perasaan adalah bekal utama yang kedua untuk bertahan di tengah badai. Tanpa keseimbangan ini, Anda akan merasa tidak punya harapan, pudarnya segala impian, dan keputusasaan. Dengan keseimbangan emosi, Anda selalu bisa memperbaiki mood dan perasaan.

Belajarlah untuk mampu mentransformasi segala bentuk energi dari emosi dan perasaan, menjadi energi positif yang mendorong Anda, agar melaju tanpa hambatan di tengah perjalanan.

Mindset III: Keep Moving On

Dengan dua mindset yang terpenting di atas, Anda selalu punya peluang untuk tetap bergerak. Tanpanya, Anda akan selalu merasa berjalan di tempat dan merasa tidak kemana-mana.

Dengannya, Anda semestinya tetap bergerak dengan kreatif. Jika tidak, maka Anda sudah selayaknya menimbang-nimbang ulang keseimbangan Anda. Baik di dalam pikiran, maupun di dalam perasaan.

Dengan keep moving, Anda akan tetap berjalan. Dan dengan keseimbangannya, Anda akan tetap berjalan ke arah yang benar.

Jika ketiga mindset sukses Anda sudah terlatih dan selalu berada di dalam keseimbangannya, maka dipastikan Anda akan tetap sampai ke tujuan.

Kapan?

Anda tak akan bisa memastikan. Waktu bukanlah milik kita. Jaminan untuk Anda hanya satu, yaitu bahwa Anda memang akan terus bergerak sampai ke tujuan.

Just do your best! Dan berdoalah!
Ikhwan Sopa, Master Trainer E.D.A.N.,
http://milis-bicara.blogspot.com

Semoga bermanfaat. Selamat mengenal diri sendiri.

Selasa, 23 Oktober 2007

PIKIRAN & PERASAAN

Kita adalah apa yang kita pikirkan.

Ingin menjadi seperti apa kita, dimulai dari pikiran kita.
Dan bagaimana kita berpikir ditentukan oleh pengalaman yang kita rekam dan kita izinkan untuk mengendap di bawah sadar kita.
Dan pengalaman yang kita pilih, biasanya adalah yang memiliki nilai emosi tinggi, baik emosi negatif maupun positif.

Contohnya: saya selalu berpikir bahwa saya orang yang bodoh dalam hal matematika. Mengapa?
Karena "pengalaman" menunjukkan demikian.
Perhatikan, "pengalaman" yang saya maksudkan di sini mungkin bukan fakta yang sebenarnya, tapi telah saya izinkan untuk saya rekam dari berbagai peristiwa sebagai kenyataan bahwa saya lemah di bidang matematika. Yang saya ingat adalah bagaimana mama terpaksa harus menjelaskan berulang-ulang cara berhitung kepada saya saat saya masih SD. Bagaimana tante saya mengoreksi hitungan saya yang salah, dst, sampai wajah guru matematika saya di SMA yang membosankan, juga nilai C untuk matematika semasa kuliah.
Kebetulan karena saya bertipe visual-kinestetik, maka "pengalaman" dengan sentuhan emosi negatif tersebut terekam dengan mulusnya di otak saya. Setiap kali membayangkan matematika atau angka, maka yang terbayang adalah kegagalan. Ini terjadi berulang-ulang baik saat test masuk perguruan tinggi, saat ujian matematika, saat mengerjakan psikotes untuk melamar pekerjaan, dsb.
Tanpa saya sadari, saya telah mencipta, membentuk dan meyakini bahwa diri saya adalah orang yang tidak bisa matematika (angka) dan tidak suka angka. Saya menjadi gugup dan porak poranda ketika harus berargumentasi dengan orang lain soal angka.

Nah, jadi ketika ingin mengubah suatu karakter atau stigma negatif yang sudah terlanjur melekat pada diri kita, caranya kurang lebih sama.

Kita harus mulai dari pengalaman dengan emosi. Tapi kali ini dengan emosi positif.
Mungkin awalnya agak sulit, karena kita sudah terbiasa cepat merespon pengalaman negatif, akibatnya kurang sensitif terhadap pengalaman positif. Meski demikian, tetaplah mencoba.
Jika perlu, sediakan waktu dan lakukan persiapan khusus untuk memancing pengalaman positif tersebut.

Contohnya yang saya alami sewaktu liburan Idul Fitri baru-baru ini.
Biasanya jika tidak mudik, saya memilih di rumah saja, namun tanpa rencana apapun. Bahkan bayangan saya tentang liburan itu saja sudah negatif. Pembantu pulang, saya repot.

Tapi liburan kali ini, saya ingin mengubah persepsi itu. Jauh-jauh hari saya sudah bayangkan betapa enaknya jika tak ada pembantu. Kami sekeluarga bisa lebih santai, mau bangun siang, mau makan jam berapa, tidur jam berapa nggak jadi soal. Yang penting happy. Selain itu, saya sudah buat daftar, kira-kira apa saja yang mau saya kerjakan selama liburan. Setiap hari saya tambahkan satu dua kegiatan yang tiba-tiba terpikir untuk dilakukan.

Sampai akhirnya, tibalah liburan yang ditunggu-tunggu. Saya pun melakukan APA YANG SUDAH SAYA BAYANGKAN SEBELUMNYA. Dan saya bahagia banget. Inilah liburan yang benar-benar menyenangkan yang pernah saya alami. Yang saya jalani dengan penuh kesadaran, bukan asal lewat saja seperti biasanya.

Menurut buku Piece of Mind dan The Secret yang saya baca selama liburan, pengalaman positif seperti ini jangan dibiarkan cepat berlalu. Nikmatilah berlama-lama setiap jengkal rasanya. Kebahagiaannya, kepuasannya, kegembiraannya, dst. Resapkan ke subconscious mind kita pengalaman berharga ini. Lebih baik lagi, seperti yang saya lakukan selama 10 hari berturut-turut pengalaman positif tersebut berulang-ulang terjadi (meskipun dalam peristiwa yang berbeda).

Pengalaman positif yang mengendap di pikiran bawah sadar kita tersebut, nantinya akan memandu kita untuk berpikir positif ketika kita menggunakan pikiran sadar kita. Juga akan menyeleksi pengalaman negatif yang akan masuk setelah itu. Semakin banyak pengalaman positif yang kita rekam, semakin besar kemungkinan cara kita berpikir berubah menjadi lebih positif.

Pikiran (cara kita berpikir dan apa yang kita pikir) memang sangat menentukan perubahan yang kita rencanakan. Perubahan dimulai dari cara kita berpikir. Tapi jangan lupa bahwa bahasa perasaan atau emosi kitalah yang terbaca oleh subconscious mind kita. Jadi perbaiki dulu yang keliru di tingkat perasaan. Yang belum damai didamaikan. Yang belum release ya diikhlaskan. Jika sudah tak ada yang mengganjal lagi, baru apa yang kita tanamkan di pikiran sadar bisa masuk dan bekerja.

Mengapa saya bisa berpendapat demikian?
Karena dulu, meskipun saya rajin dan hafal ayat-ayat kitab suci, senang membaca buku-buku spiritual dan beraliran positif lainnya, tapi apa yang saya tanamkan tidak bisa bekerja maksimal karena hati saya masih penuh dendam, kebencian, kemarahan dan kepahitan. Baru ketika akhirnya saya setuju berdamai dengan diri sendiri, menerima, mengampuni diri sendiri dan orang lain, penyakit-penyakit emosional tersebut lenyap, dan apa yang pernah saya serap dari bacaan-bacaan tersebut dengan mudah menjadi mutiara dalam diri saya.

Ada 3 cara untuk mengatasi problem emosional seperti yang saya alami di atas:
1. Mengenal diri sendiri
2. Menerima diri sendiri
3. Mengampuni diri sendiri
Baru kemudian, lakukan hal yang sama untuk orang lain.

Sekian dulu postingan hari ini. Semoga bermanfaat.

Salam,

Selasa, 09 Oktober 2007

MEMPERJELAS TUJUAN

Ada 3 tujuan saya dalam membuat program Transformasi 150 hari.
  1. Terjadinya perubahan mindset, perilaku, habits, karakter dari negatif menjadi positif
  2. Terjadinya pertumbuhan di tingkat ketrampilan (skill)
  3. Terjadinya perkembangan di sektor network
Ketiganya butuh dijalani, butuh TINDAKAN, bukan hanya diangankan saja.

Pertanyaannya, kenapa saya tidak fokus di nomor 1 saja dulu?

Jawabannya, karena apa yang saya cantumkan di nomor 1 adalah hal-hal yang tidak nyata/ tidak konkrit.
Bagaimana saya mengukur ketekunan saya?
Bagaimana saya tahu seberapa besar power fokus saya?
Bagaimana saya tahu transformasi saya berhasil atau tidak?
Bagaimana saya tahu bahwa saya tak lagi bereaksi negatif lagi dan berubah sebaliknya?

Semua itu baru bisa terlihat dari apa yang kita hasilkan.

Apakah pekerjaan yang saya rencanakan berhasil saya tuntaskan?
Apakah target penghasilan saya tercapai?
Apakah skill saya bertambah? (Dulu gaptek sekarang minimal bisa buat blog sendiri...? hehehe... ini saya.... :-) )
Apakah teman-teman dan lingkungan pengaruh saya bertambah?

OK. Kita kembali lagi ke nomor 1.
Mengenai apa yang ingin saya ubah di nomor 1, masih bisa di break-down lagi:
  1. Mengubah TEGANG menjadi RILEKS
  2. Mengubah MARAH menjadi SABAR
  3. Mengubah PEMBOSAN menjadi TEKUN
  4. Mengubah TAKUT menjadi BERANI
  5. Mengubah KUATIR menjadi BERSERAH
  6. Mengubah MENUNTUT menjadi MENERIMA
  7. Mengubah MENGHAKIMI menjadi MENGHARGAI
  8. Mengubah MEMINTA menjadi MEMBERI
  9. Mengubah MENGOMEL menjadi BERSYUKUR
  10. Mengubah DENDAM menjadi PEMAAF
  11. Mengubah DILAYANI menjadi MELAYANI
  12. Mengubah BUTUH PERHATIAN menjadi MEMPERHATIKAN
  13. Mengubah NEGATIVE THINKING menjadi POSITIVE THINKING

Waow..., nggak terasa banyak juga ya? Padahal itu baru yang nomor 1 saja lho.

Bagaimana yang nomor 2?

  1. Saya ingin punya blog sendiri untuk mempublikasikan tulisan saya sendiri.
  2. Saya ingin mengirim tulisan saya sendiri ke milis-milis yang saya ikuti.
  3. Saya ingin membuat satu saja kerajinan tangan yang saya kuasai.
  4. Saya ingin belajar lebih banyak lagi tentang internet marketing.

Lho, lantas apa hubungannya nomor 1 dan nomor 2?

Begini, kalau kita ingin berubah, kita akan lebih terpacu jika ada orang lain yang tahu.
Minimal pada saat gagal, ada yang bisa membantu menyemangati (hehehe...GR!).
Nah, tujuan saya membuat blog selain untuk mendokumentasi program transformasi saya dan untuk menyemangati diri sendiri, terutama adalah untuk memproklamirkan kepada dunia bahwa saya MAU dan SEDANG berubah.... (wah..wah... kedengarannya kok terlalu dahsyat ya?). Dengan demikian, saya akan malu sendiri jika mundur dari program ini. 'Kan seluruh dunia sudah tahu, sedang menunggu dan siapa tahu mensupport rencana saya? Janganlah saya sampai putus asa di tengah jalan....

Yang kedua, dengan mempublikasikan tulisan saya lewat blog dan milis-milis, mau tak mau saya harus bertanggungjawab dengan apa yang saya tuliskan. Ini membuat sifat pengecut saya, sifat rendah diri saya menjadi bungkam. Saya termotivasi untuk berubah menjadi lebih PD dan lebih ksatria.

Yang ketiga, dengan membuat blog, dengan membuat kerajinan tangan, dengan menulis, saya benar-benar menghasilkan karya yang nyata. Bukan hanya berhenti pada IDE saja. Saya sudah melangkah pada step TINDAKAN, bukan hanya konsep atau rencana semata. Ini adalah sebuah langkah keberanian. Dan itu berhubungan dengan mengubah kebiasaan TAKUT saya menjadi BERANI.

Yang keempat, belajar membuat blog dan internet marketing mengubah sifat pembosan saya menjadi tekun dan kreatif. Mengubah sifat malas saya menjadi rajin dan produktif. Minimal rajin mencari info dan belajar dari sana sini .... :-). Mengubah kegaptekan saya menjadi "sedikit tahu" sekarang, hehehe...

Selanjutnya apa yang saya lakukan di nomor 1 dan 2, berimbas pada nomor 3: perkembangan network. Saya dapat teman-teman baru dari blog saya, dari milis-milis yang saya ikuti....

Demikianlah, mendefinisikan tujuan sangat penting untuk membangkitkan motivasi diri, bahwa kita MAU dan MAMPU. Kita orang-orang BERHASIL. Kita orang-orang BERANI. Kita orang-orang yang DIUBAHKAN dan MENGUBAH DUNIA.

Sungguh saya sangat bersukur pada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang terbesar memberikan support kepada saya untuk berubah. Dibandingkan 150 hari yang lalu, saya melihat begitu banyak perubahan telah terjadi atas diri saya. It's miracle! Praise the Lord!

Sekian dulu postingan hari ini. Disambung lagi pada postingan berikutnya, ya?

Salam,

Rabu, 03 Oktober 2007

RILEKS!

Dalam masa transformasi 150 hari yang saya canangkan, saya belajar banyak hal.

Salah satu di antaranya adalah bagaimana meditasi membantu saya mencapai apa yang saya inginkan.

Bagi saya meditasi adalah sebuah jalan, bukan tujuan.
Meditasi adalah suatu pengkondisian untuk mencapai tujuan.
Sementara TUJUAN adalah apa yang kita inginkan, apa yang kita cita-citakan, apa yang kita impikan, bahkan apa yang kita pilih dalam setiap persimpangan jalan hidup kita....

Dalam kasus saya misalnya:

Tujuan saya menjadi LEBIH SABAR, jalannya melalui meditasi.
Tujuan saya menjadi LEBIH TANGGUH, jalannya melalui meditasi
Tujuan saya menjadi LEBIH KREATIF, jalannya melalui meditasi
Tujuan saya menjadi LEBIH KAYA, jalannya melalui meditasi

Jadi dalam hal ini meditasi membantu saya mencapai kondisi agar bisa menerima apa yang saya inginkan tersebut.

Kondisi apa yang dimaksud?

Yang pertama adalah RILEKS.

Situasi zaman yang penuh target dan tenggat waktu membuat kita sering kehilangan ketenangan. Kita senantiasa bergegas, terburu-buru, berkejaran dengan waktu. Alhasil pikiran kita menjadi tegang seperti benang yang ditarik kencang dari dua arah yang berlawanan. Kita mudah tersulut emosi, sulit bertoleransi dan menerima perbedaan. Kita sulit membuka pikiran bagi ide-ide baru yang transformatif. Ketegangan membuat otak reptilian kita berkuasa. Kita seperti binatang yang sibuk bersiaga ketika merasa terancam oleh musuhnya.

Ketegangan membuat kita tidak produktif dan tidak kreatif. Karena ketegangan membuat sel-sel otak kita menjadi tersumbat. Kita menjadi sulit berpikir, seolah-olah otak kita ada yang membelenggu sehingga tak dapat bekerja dengan bebas dan leluasa.

Keadaan gundah, gelisah, khawatir, takut, tertekan, tegang.... semuanya juga mencirikan ketidaktenangan. Ada pendapat yang mengatakan stress baik untuk melecut motivasi. Tapi saya sudah mengalami bahwa keadaan rileks jauh lebih baik untuk memacu kreativitas.

Tidak mudah bagi saya untuk berpendapat demikian, karena tipe saya yang choleric terbiasa keras terhadap diri sendiri dan juga kepada orang lain. Hidup saya selama ini lebih banyak diwarnai dengan ketegangan dan karenanya juga....konflik. Namun melalui meditasi, saya belajar bahwa hidup rileks lebih nyaman dan bahagia...

Kondisi rileks ternyata membuat hati menjadi nyaman.
Saya bisa merasa bahagia, riang dan mudah bersyukur.
Selain itu pikiran saya menjadi lebih lentur, lebih fleksibel, lebih mudah beradaptasi, lebih reseptif dan lebih mudah dibentuk oleh ide-ide baru yang muncul, nasehat-nasehat yang semula kurang/tidak saya pedulikan.
Hati menjadi lebih lapang untuk menerima perbedaan, juga kekeliruan.... Dan kondisi ini memicu kreativitas bekerja lebih dahsyat dari biasanya.

Dalam kondisi rileks kita tahu bahwa kita tidak sendiri...

Dengan kondisi yang mudah bersyukur dan merasa riang gembira kita menjadi lebih dekat kepada Tuhan... yang adalah kebaikan adanya. Kita menjadi semakin dekat dengan kebaikan semesta (sesuai Law of Attraction).

Keadaan rileks membuat kita lebih mudah menerima kelemahan orang lain dan diri sendiri, kita menjadi lebih pemaaf.... Orang yang pemaaf juga menarik kebaikan mendekat kepadanya...

Keadaan rileks membuat kreativitas kita mengalir dengan deras, karena ketegangan yang sering menghambat sel-sel otak untuk berkreasi dilemahkan....

Dari sisi spiritualnya, keadaan rileks membuat kita bisa mendengar suara batin kita, mendengar suara Roh Pembimbing kita yang sedang membantu dan mengarahkan kita menuju keadaan yang lebih baik atau membantu mewujudkan apa yang kita inginkan.

Seperti yang dijelaskan dalam buku Journey of Souls, seorang yang ingin bisa mendengarkan petunjuk roh pembimbingnya seyogyanya....

... mereka harus terlebih dahulu menyingkirkan apapun yang mengganggu pikiran, untuk bisa reseptif menerimaku (roh pembimbing - pen.). Ini akan sulit, jika mereka tidak tenang.... (hal 260)

Salah sebuah ayat di kitab suci juga mengatakan....

... dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu....

Jangan terburu-buru ingin segera mewujudkan apa yang kita impikan. Dahulukan dan prioritaskan keadaan tenang (rileks) – yang adalah sumber kekuatan sejati di dalam diri kita - baru semua yang kita inginkan akan menyusul kemudian. Ini sesuai benar dengan ayat favorit saya di Alkitab:

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu... (Mat 6:33)

Yang dimaksud dengan "Kerajaan Allah" di sini adalah:

Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. (Roma 14:17)

Jadi singkatnya: Sebelum kita menginginkan impian kita terwujud, utamakanlah atau prioritaskanlah tumbuhnya rasa damai dan sukacita (rileks) di dalam diri sehingga kita menjadi selaras dengan kebaikan semesta.

Salam

Selasa, 02 Oktober 2007

Program Transformasi 150 hari

Sebagaimana telah saya ceritakan pada postingan sebelumnya, kisah transformasi elang pada usianya yang ke 40 telah menginspirasi saya untuk melakukan hal serupa. Tapi jika pada si elang prosesnya berlangsung alamiah, saya sebaliknya...:-).

Dengan penuh kesadaran diri saya membuat program transformasi selama 150 hari terhitung dari tanggal 1 Mei 2007 dan berakhir pada 30 September 2007, tepat di bulan saya berusia 40 tahun. Selanjutnya, program transformasi ke-2 akan saya jalankan mulai 1 Oktober 2007 dan berakhir 29 Februari 2008. Jadi 150 hari sebelum dan sesudah usia 40 tahun. Hehehe... piiyyuuhh.... :0

Program transformasi apa, untuk apa dan bagaimana?

Program transformasi ini tujuannya adalah membangunkan kekuatan di dalam diri (the power of inner self). Saya sudah amati dan pelajari baik dari buku, kehidupan para tokoh, orang-orang luar biasa yang ada di sekitar saya, bahwa yang menjadi kunci kesuksesan mereka adalah kekuatan di dalam diri mereka. Bukan uang atau harta mereka, bukan pendidikan, keahlian, penampilan, atau network mereka. Karena pada orang yang KUAT, ketika semua itu diambil dari mereka, mereka tetap bisa bertahan, bahkan hidup lebih dahsyat lagi daripada sebelum kehilangan semua itu.

Ada yang keliru dalam cara hidup saya sebelum ini, yang makan waktu cukup lama bagi saya untuk menyadarinya. (Tapi nggak papalah... better late than never.... hehehe, menghibur diri kan nggak dilarang? :-)). Itulah yang membuat saya ingin bertransformasi. Saya ingin BERUBAH! Saya ingin mengubah kekeliruan itu dan membangun kekuatan baru yang berasal dari dalam diri.

Sudah lama saya tahu bahwa saya pemarah dan mudah tersinggung. Tapi saya nggak tahu apa penyebab mula-mulanya kenapa saya bisa begini.
Sudah lama saya tahu bahwa saya pembosan, mudah mengeluh, tidak tahu berterimakasih...
Tapi lagi-lagi saya nggak tahu apa akar dari semua ini.
Sudah lama saya tahu bahwa saya mudah patah semangat, pencemas, negative response, negative thinking..., tapi saya kesulitan menemukan cara mengubahnya....

Sudah banyak buku-buku self help, buku-buku motivasi dan spiritual yang saya baca, saya juga aktif di berbagai kegiatan kerohanian, meminta bimbingan para rohaniawan, bekerja di markas motivator, puasa, ikut seminar hypnotherapy, bahkan pernah konsultasi langsung dengan psikiater dan psikolog kondang di negeri ini... dan berharap semua itu mampu mengubah saya...

Akhirnya, setelah mencanangkan program transformasi 150 hari mulai 1 Mei 2007, saya baru tahu... bagaimana sebuah proses transformasi berlangsung dan berhasil mencapai tujuannya.

Perubahan di dalam diri dimulai dari sebuah KEPUTUSAN!
Dalam sebuah keputusan terkandung yang namanya TUJUAN/SASARAN.
Dan sebuah tujuan bisa tercapai jika kita melakukan TINDAKAN.
Sedangkan dalam BERTINDAK, kita perlu tahu alat bantunya, metodenya, mekanisme kerjanya, dsb... karena jika tidak, maka tindakan kita akan sia-sia saja... sama seperti yang pernah saya lakukan pada tahun-tahun-tahun sebelumnya.

· Keputusan : saya tidak mau lagi menjadi pribadi yang pemarah

· Analisa : biasanya saya marah/tersinggung jika... dilecehkan, tidak dianggap, dikritik, tidak diterima (ditolak), dst

· Metode : dalam kasus saya, saya menggunakan metode Meditasi

· Alat Bantu : sebelum praktek meditasi, saya belajar menggunakan pendulum. Di sini saya belajar menggerakkan pendulum dengan suara batin, bukan dengan pikiran (logika). Dari sinilah saya baru tahu, bahwa batin mempunyai suaranya sendiri.

· Proses :
  1. Dengan meditasi, saya belajar berkomunikasi dengan suara batin saya. Saya baru tahu jika selama ini saya (logika) seringkali menelantarkan suara batin bahkan membungkamnya dalam banyak hal yang membutuhkan keputusan. Saya (logika) selama ini berusaha menyenangkan orang lain lebih daripada mengikuti suara batin saya sendiri, karena saya ingin diterima oleh lingkungan di sekitar saya. Lama kelamaan suara batin saya merasa tak dianggap. Merasa dicuekin. Akibatnya, itulah yang sering tampil dalam pribadi saya. Kemarahan, ketidakpuasan, penolakan, dendam.... itulah akar yang harus saya bereskan.

  1. Saya mengajak batin saya berdialog. Dalam kesempatan ini saya menganggapnya sebagai pribadi yang nyata (berwujud). Saya minta maaf kepadanya karena selama bertahun-tahun saya tidak mempedulikannya. Saya mengajaknya berdamai dan mencurahkan kata-kata penuh cinta, dukungan dan penerimaan kepadanya.

· Hasil :

Dan tebak apa yang terjadi!
Beberapa menit kemudian mengalirlah sebuah rasa damai yang luaaaar biasa, yang belum pernah saya rasakan dalam hidup ini di dalam batin saya. Mendadak batin saya dipenuhi rasa cinta kasih dan meluap oleh rasa syukur. Hati saya terasa ringan, riang, merasa puas dan cukup, bahkan berkelimpahan. Lebih daripada itu, saya seolah memperoleh bonus. Kini saya mempunyai seorang sahabat yang abadi, yang selalu menemani kemana pun saya pergi, yaitu Suara Batin saya. Dialah tempat curhat, berdialog, meminta pendapat bahkan petunjuk. Ya, setelah berdamai dengannya, saya kini mampu mendengar Suara Batin saya ketika dia memberi inspirasi, ide dan solusi di luar apa yang mampu saya (logika) pikirkan. Saya bersyukur luar biasa.

Puji Tuhan, sekarang saya jauh dari kebiasaan marah, malahan sulit untuk marah. Beberapa kali ada peristiwa (mungkin sebagai ujian?) yang memancing saya untuk marah. Tapi sungguh, saya nggak bisa lagi bereaksi seperti dulu. Entah kenapa tiba-tiba merasa tak ingin dan tak guna membuang energi untuk marah-marah berkepanjangan. Padahal dulunya saya cenderung pendendam. Kalau marah bisa sampai berbulan-bulan... hahaha... :-)

Yah, itu baru satu sasaran yang sempat saya capai dalam masa transformasi 150 hari yang lalu. Mungkin terasa sepele bagi yang tidak mengalaminya, namun bagi saya sangat besar dampaknya bagi kehidupan saya selanjutnya.

Pengalaman lain dalam masa transformasi 150 hari ini akan saya sambung dalam postingan berikutnya, supaya tidak kepanjangan….

Semoga bermanfaat ...