Google

Selasa, 02 Oktober 2007

Program Transformasi 150 hari

Sebagaimana telah saya ceritakan pada postingan sebelumnya, kisah transformasi elang pada usianya yang ke 40 telah menginspirasi saya untuk melakukan hal serupa. Tapi jika pada si elang prosesnya berlangsung alamiah, saya sebaliknya...:-).

Dengan penuh kesadaran diri saya membuat program transformasi selama 150 hari terhitung dari tanggal 1 Mei 2007 dan berakhir pada 30 September 2007, tepat di bulan saya berusia 40 tahun. Selanjutnya, program transformasi ke-2 akan saya jalankan mulai 1 Oktober 2007 dan berakhir 29 Februari 2008. Jadi 150 hari sebelum dan sesudah usia 40 tahun. Hehehe... piiyyuuhh.... :0

Program transformasi apa, untuk apa dan bagaimana?

Program transformasi ini tujuannya adalah membangunkan kekuatan di dalam diri (the power of inner self). Saya sudah amati dan pelajari baik dari buku, kehidupan para tokoh, orang-orang luar biasa yang ada di sekitar saya, bahwa yang menjadi kunci kesuksesan mereka adalah kekuatan di dalam diri mereka. Bukan uang atau harta mereka, bukan pendidikan, keahlian, penampilan, atau network mereka. Karena pada orang yang KUAT, ketika semua itu diambil dari mereka, mereka tetap bisa bertahan, bahkan hidup lebih dahsyat lagi daripada sebelum kehilangan semua itu.

Ada yang keliru dalam cara hidup saya sebelum ini, yang makan waktu cukup lama bagi saya untuk menyadarinya. (Tapi nggak papalah... better late than never.... hehehe, menghibur diri kan nggak dilarang? :-)). Itulah yang membuat saya ingin bertransformasi. Saya ingin BERUBAH! Saya ingin mengubah kekeliruan itu dan membangun kekuatan baru yang berasal dari dalam diri.

Sudah lama saya tahu bahwa saya pemarah dan mudah tersinggung. Tapi saya nggak tahu apa penyebab mula-mulanya kenapa saya bisa begini.
Sudah lama saya tahu bahwa saya pembosan, mudah mengeluh, tidak tahu berterimakasih...
Tapi lagi-lagi saya nggak tahu apa akar dari semua ini.
Sudah lama saya tahu bahwa saya mudah patah semangat, pencemas, negative response, negative thinking..., tapi saya kesulitan menemukan cara mengubahnya....

Sudah banyak buku-buku self help, buku-buku motivasi dan spiritual yang saya baca, saya juga aktif di berbagai kegiatan kerohanian, meminta bimbingan para rohaniawan, bekerja di markas motivator, puasa, ikut seminar hypnotherapy, bahkan pernah konsultasi langsung dengan psikiater dan psikolog kondang di negeri ini... dan berharap semua itu mampu mengubah saya...

Akhirnya, setelah mencanangkan program transformasi 150 hari mulai 1 Mei 2007, saya baru tahu... bagaimana sebuah proses transformasi berlangsung dan berhasil mencapai tujuannya.

Perubahan di dalam diri dimulai dari sebuah KEPUTUSAN!
Dalam sebuah keputusan terkandung yang namanya TUJUAN/SASARAN.
Dan sebuah tujuan bisa tercapai jika kita melakukan TINDAKAN.
Sedangkan dalam BERTINDAK, kita perlu tahu alat bantunya, metodenya, mekanisme kerjanya, dsb... karena jika tidak, maka tindakan kita akan sia-sia saja... sama seperti yang pernah saya lakukan pada tahun-tahun-tahun sebelumnya.

· Keputusan : saya tidak mau lagi menjadi pribadi yang pemarah

· Analisa : biasanya saya marah/tersinggung jika... dilecehkan, tidak dianggap, dikritik, tidak diterima (ditolak), dst

· Metode : dalam kasus saya, saya menggunakan metode Meditasi

· Alat Bantu : sebelum praktek meditasi, saya belajar menggunakan pendulum. Di sini saya belajar menggerakkan pendulum dengan suara batin, bukan dengan pikiran (logika). Dari sinilah saya baru tahu, bahwa batin mempunyai suaranya sendiri.

· Proses :
  1. Dengan meditasi, saya belajar berkomunikasi dengan suara batin saya. Saya baru tahu jika selama ini saya (logika) seringkali menelantarkan suara batin bahkan membungkamnya dalam banyak hal yang membutuhkan keputusan. Saya (logika) selama ini berusaha menyenangkan orang lain lebih daripada mengikuti suara batin saya sendiri, karena saya ingin diterima oleh lingkungan di sekitar saya. Lama kelamaan suara batin saya merasa tak dianggap. Merasa dicuekin. Akibatnya, itulah yang sering tampil dalam pribadi saya. Kemarahan, ketidakpuasan, penolakan, dendam.... itulah akar yang harus saya bereskan.

  1. Saya mengajak batin saya berdialog. Dalam kesempatan ini saya menganggapnya sebagai pribadi yang nyata (berwujud). Saya minta maaf kepadanya karena selama bertahun-tahun saya tidak mempedulikannya. Saya mengajaknya berdamai dan mencurahkan kata-kata penuh cinta, dukungan dan penerimaan kepadanya.

· Hasil :

Dan tebak apa yang terjadi!
Beberapa menit kemudian mengalirlah sebuah rasa damai yang luaaaar biasa, yang belum pernah saya rasakan dalam hidup ini di dalam batin saya. Mendadak batin saya dipenuhi rasa cinta kasih dan meluap oleh rasa syukur. Hati saya terasa ringan, riang, merasa puas dan cukup, bahkan berkelimpahan. Lebih daripada itu, saya seolah memperoleh bonus. Kini saya mempunyai seorang sahabat yang abadi, yang selalu menemani kemana pun saya pergi, yaitu Suara Batin saya. Dialah tempat curhat, berdialog, meminta pendapat bahkan petunjuk. Ya, setelah berdamai dengannya, saya kini mampu mendengar Suara Batin saya ketika dia memberi inspirasi, ide dan solusi di luar apa yang mampu saya (logika) pikirkan. Saya bersyukur luar biasa.

Puji Tuhan, sekarang saya jauh dari kebiasaan marah, malahan sulit untuk marah. Beberapa kali ada peristiwa (mungkin sebagai ujian?) yang memancing saya untuk marah. Tapi sungguh, saya nggak bisa lagi bereaksi seperti dulu. Entah kenapa tiba-tiba merasa tak ingin dan tak guna membuang energi untuk marah-marah berkepanjangan. Padahal dulunya saya cenderung pendendam. Kalau marah bisa sampai berbulan-bulan... hahaha... :-)

Yah, itu baru satu sasaran yang sempat saya capai dalam masa transformasi 150 hari yang lalu. Mungkin terasa sepele bagi yang tidak mengalaminya, namun bagi saya sangat besar dampaknya bagi kehidupan saya selanjutnya.

Pengalaman lain dalam masa transformasi 150 hari ini akan saya sambung dalam postingan berikutnya, supaya tidak kepanjangan….

Semoga bermanfaat ...


Tidak ada komentar: