Google

Kamis, 20 September 2007

Ulang Tahun ke 40 (2)

Bagaimana saya merayakan ulang tahun ke 40?

Pagi-pagi saya dibangunkan Latu dan Ayahnya dengan nyanyian mereka... Happy Birthday Mama.... Happy Birthday Mama....
Dan dengan wajah cerah ceria mereka membawa hadiah kejutan buat saya. Sebuah kotak berbungkus hijau yang mereka ingin segera saya buka.

Dengan mata masih terkantuk-kantuk - karena malamnya saya tidur agak larut sepulang dari rumah sakit - saya membuka bungkusan itu.
Sebuah mug yang bergambar kami bertiga dan bertuliskan "Dari Ayah dan Latu, 10 September 2007".

Waow terharu saya jadinya. Saya pun memeluk dan mencium mereka berdua. Terima kasih ya?
Bukan bentuk barang atau harganya yang menjadi penilaian saya. Namun besarnya perhatian, waktu yang mereka curahkan serta cinta yang mereka taburkan untuk mempersiapkan kado itulah yang tak terhingga nilainya. Tak mungkin terbalas dengan kata-kata atau apapun juga.

Ayah and Latu, I love you so much... :-))

Setelah membantu Latu mempersiapkan diri untuk ke sekolah, saya sendiri pun berkemas untuk ke rumah sakit. Ya, sudah 4 hari saya tidak ke kantor dan menghabiskan waktu di RS untuk menemani mama yang opname di sana. Ada gangguan pencernaan yang menyebabkan setiap makanan yang masuk ke tubuh mama akan keluar lagi baik melalui atas maupun bawah. Ini hari kelima yang akan menentukan apakah mama akan diizinkan pulang atau belum. Dan doa saya adalah semoga di hari yang berbahagia ini, saya boleh membawa mama pulang ke rumah dalam keadaan sehat wal'afiat.

Telpon dan sms ucapan selamat ulang tahun datang silih berganti ke ponsel saya. Dari Om dan Tante di Wonosobo, om dan tante yang di Jakarta, kakak adik, saudara-saudara sepupu, ipar dan mertua, teman-teman sekantor bahkan sahabat semasa kuliah, sahabat di Bali... wah, besarnya perhatian mereka pada saya... sungguh saya patut mengucap syukur pada Tuhan atas limpah rahmatNya di usia saya yang ke 40 tahun ini.

Akhirnya doa saya terjawab. Setelah menjalani proses anuscopy, mama diperbolehkan pulang. Kakak dan salah seorang adik menyelesaikan urusan adminitrasi RS, sementara saya dan seorang adik lagi membereskan kamar. Mama pun dibawa keluar kamar dengan kursi roda. Pukul setengah empat sore rombongan kami tiba di rumah.

Petang hari, setelah bangun dari istirahat sejenak, saya membuatkan bubur, sayur bening dan tempe becek untuk makan malam mama. Saya senang melihat mama menyantap makanan buatan saya dengan lahap. Tiba-tiba adik saya menginstruksikan agar saya dan keluarga (Latu dan ayahnya) berkumpul setelah makan malam karena mama ingin mengajak berdoa bersama. Saya pun mengiyakan saja, karena mungkin mama ingin mengucap syukur pada Tuhan atas kepulangannya dari rumah sakit.

Sungguh surprise karena ternyata mama mengajak berdoa bersama dalam rangka ulang tahun saya! Mama membacakan sedikit ayat kitab suci, kemudian berdoa. Dalam doanya mengalirlah permohonan dari lubuk hati yang terdalam akan datangnya berkah dan kebaikan bagi saya dan keluarga pada tahun-tahun mendatang. Saya sangat terharu dengan doa mama. Sungguh inilah kado terindah dan penuh makna yang boleh saya terima dari mama yang tercinta dalam keadaannya yang berbeda dengan saya. Ia yang masih sakit, dan saya yang sedang berbahagia. Hanya cinta kasihlah yang mampu menyatukan dua keadaan yang berbeda itu.

Belum selesai keterharuan saya, begitu kata "Amin" diucapkan mama, Latu dan adik-adik saya menyerbu kulkas dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Astaga, kejutan lagi. Ada kue-kue kecil dari ice cream yang sudah disiapkan mereka entah sejak kapan. Sungguh, malam itu saya sangat berbahagia. Rasanya semua orang mengingat saya, memberikan cinta dan perhatiannya yang terbesar kepada saya. Terimakasih mama, terimakasih adik-adikku Kenti dan Kunye, terimakasih Ayah suamiku yang tercinta, terima kasih anakku Lelatu... kalian semua adalah mata hatiku. Cintaku yang abadi.

Saya tak pandai berkata-kata. Saya juga tak pandai merangkai kata. Tapi apa yang saya alami di hari ulangtahun saya yang ke 40 tahun ini sungguh patut dikenang dalam bentuk tulisan semampu saya bisa, untuk menunjukkan betapa indahnya jika cinta di antara kita...

Semoga cinta ini bisa menular kepada siapapun yang membaca tulisan ini.
Selamat saling mencintai. Tuhan ada di antara kita yang saling mencinta.

Salam penuh cinta,

Selasa, 11 September 2007

Ulang Tahun ke 40 (1)

Tanggal 10 September kemarin, akhirnya tiba juga momen yang saya tunggu-tunggu dalam hidup ini, yakni ketika usia saya memasuki kepala 4 alias sudah 40 tahun lamanya saya hadir di dunia ini.

Ada beberapa hal yang telah saya persiapkan jauh-jauh hari demi menyambut momen penting ini. Namun semuanya bermuara pada satu inti, yakni menjadikan momen ini sebagai titik pijak kesadaran saya dalam menghargai hidup, memaknai hidup, menjadikan hidup lebih berarti baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Lho memangnya sebelum kepala 4 belum menemukan kesadaran itu?
Tentu saja ada dan progress juga ada. Saya juga tak bermaksud menganggap 39 tahun sebelumnya tak berarti, tapi yang saya inginkan adalah semacam memancangkan tugu peringatan dalam memori saya bahwa kepala 4 adalah tahun lahirnya diri saya yang baru, dengan komitmen baru, mindset yang baru, disertai catatan perubahan yang jelas, dan rinci menuju pribadi yang lebih baik.

Lantas persiapan apa yang saya lakukan dalam menyambut hari besar saya tersebut?

Terinspirasi oleh email Bp Djodi Ismanto tentang transformasi yang dialami burung Elang pada usianya yang ke 40, saya pun merancang program transformasi yang ingin saya jalani menjelang dan setelah usia 40 tahun. Berikut artikel yang dikirim Bp Djodi:

Kehidupan Sang Elang

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia.
Umurnya dapat mencapai 70 tahun.
Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.
Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan:
(1) Menunggu kematian, atau
(2) Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan
--- suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.
Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung
untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung.
Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.
Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu.
Suatu proses yang panjang dan menyakitkan.

Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali.
Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!
Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan. Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan.
Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan. Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda.

Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.
Anda adalah elang-elang itu.
Perubahan pasti terjadi.
Maka itu, kita harus berubah!

God Bless You !

Nah, artikel inilah yang mendorong saya untuk melakukan perubahan yang berarti di usia 40. Dahsyat bukan?

Apakah Anda tertarik untuk mengetahui program transformasi yang saya rancang untuk diri sendiri? Nantikan di postingan berikutnya.

(Mohon maaf, karena postingan hari ini harus berakhir di sini dulu).

Salam,