Kemarin ada kejadian, salah seorang anak kos mengadukan baju barunya yang terkena noda sehabis dilaundry. Pihak laundry juga tidak mau dipersalahkan, karena sebelum dicuci, baju itu sudah bernoda dan sudah ia laporkan melalui foto kepada pemiliknya. Apapun itu, masalahnya adalah baju baru tersebut sudah terlanjur bernoda.
Saya sebagai pengelola kos mau tak mau harus bersikap adil, tidak berpihak dan tidak menyalahkan keduanya. Mereka butuh solusi dan kebijaksanaan bagi masalah tersebut. Saya lalu minta baju itu dikirim ke rumah saya untuk coba saya bersihkan. Dan jika tidak berhasil, sayalah yang akan menanggung penggantiannya.
Pagi ini ketika ngobrolin hal ini kepada Bapa, ada beberapa pembelajaran yang saya dapatkan melalui masalah ini.
1. Belajar merasakan hati Bapa.
Seperti itulah hati Bapa kepada anak-anak-Nya. Mereka yang berbuat salah dan menciptakan noda dalam jiwa mereka dengan dosa-dosa mereka, tapi Tuhan berkenan menebus dosa-dosa tersebut dan menggantinya dengan baju yang baru. Melalui masalah ini, saya sedang diberi kesempatan untuk men-download sifat dan karakter Bapa yang penuh kasih, pemurah, tidak takut rugi, berani mengganti rugi untuk kesalahan yang tidak Dia lakukan, demi pembelajaran dan pematangan karakter manusia.
2. Belajar melepaskan karakter "takut rugi".
Bapa sedang ingin mengubahkan karakter saya yang tidak sesuai/tidak selaras/ tidak sefrekuensi dengan Diri-Nya. Berkorban atau pengorbanan adalah salah satu sifat dan value Bapa. Bahkan Ia sendiri telah memberikan Diri-Nya, nyawa-Nya melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib. Di masa Perjanjian Lama, pengorbanan adalah melalui persembahan korban keselamatan. Tapi sejak zaman Yesus, pengorbanan yang utama adalah melalui KETAATAN. Bukan fisik lagi, tapi ego kita. Sifat dasar manusia itu serakah. Takut kekurangan, takut tidak kebagian, takut kehilangan, takut melepaskan, takut rugi. Tak terkecuali saya. Itu karena saya tidak kunjung memiliki rasa percaya bahwa Bapa tidak akan membiarkan saya kekurangan. Roh Tuhan di dalam saya tak kunjung membesar karena tidak diberi kesempatan bertumbuh melalui jalan "melepaskan". Itu sebabnya sejak memasuki bulan Februari 2023, saya terus diberi ujian bertubi-tubi terkait soal melepaskan ini, supaya karakter Bapa semakin menjelma di dalam diri saya.
3. Mulai belajar mempraktikkan kuasa dalam ucapan syukur.
Setiap masalah harus disambut dengan rasa syukur, karena itu bentuk kepedulian Bapa kepada kita, untuk menganugerahkan satu lagi karakter-Nya kepada kita. Masalah adalah kesempatan untuk MEMPERKUAT MANUSIA ROH kita dan untuk memperkuat bonding kita dengan Bapa Surgawi kita. Jika dulu saya selalu mengeluh dan merasa berbeban berat setiap kali menghadapi masalah, sekarang saya bersukacita karena tahu bahwa saya sedang dilatih untuk melibatkan Tuhan, bermitra dengan Bapa. Ini adalah kesempatan yang indah sekali. Perspektif saya tentang masalah diubahkan. Saya ingin mengalami pertolongan Bapa yang unik dan menarik dalam mengatasi permasalahan dalam hidup ini. Dan akses menuju ke situ adalah dengan mengucap syukur. Saya ingin mengalaminya!
Setiap hari Tuhan menghadiahi aku dengan masalah. Ia sedang menghadiahkan Diri-Nya sendiri, karena di dalam masalah itu Dia ada. Maka mengucap syukurlah.
Terima kasih Bapa untuk pembelajarannya. Semakin sadar diriku, bahwa SETIAP MASALAH YANG DIDATANGKAN ADALAH CARA TUHAN UNTUK MEMBERIKAN PELAJARAN BARU PADAKU, DAN MEMBUATKU MAKIN DEWASA DI DALAM TUHAN.
Mungkin aku harus kehilangan materi, tapi Tuhan menggantinya dengan perubahan karakter dan keintiman dengan Tuhan sendiri. Itu harta yang jauh lebih berharga dari segalanya.
MAKIN BANYAK YANG HARUS KULEPAS, MAKIN BANYAK ROH BAPA YANG AKU TERIMA, DAN MAKIN DEKAT BAPA KEPADAKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar