Google

Jumat, 23 Juni 2023

JANGAN MENUNGGU SEMPURNA

Kita manusia memiliki ketakutan dihina dan dihujat, disingkirkan, ditolak, diasingkan.
Ini membuat kita hidup dalam kepura-puraan dan kepalsuan, karena kita selalu mendambakan untuk diterima, dihargai dan dikasihi.

Salah satu penghambat dalam kemajuan spiritual kita adalah tidak berani melakukan apa yang menjadi panggilan jiwa kita, karena kita merasa belum sempurna dan takut dicela.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jika kita terus menunggu sampai kita menjadi sempurna dulu, maka kita tak kunjung bergerak mewujudkan panggilan kita. Kita selalu diliputi keraguan dan tidak percaya diri. Kita menjadi minder dan menempatkan diri dalam kotak, di mana cahaya kita makin tidak nampak.

Tuhan menciptakan kita untuk menjadi terang dengan keberadaan diri kita.
Terang hanya bisa terlihat dalam gelap.
Cahaya kita baru nyata ketika kita melawan arus, bukan terbawa arus.
Masing-masing kita mempunyai frekuensi cahaya yang berbeda satu sama lain, agar kita bisa menampakkan diri dengan keunikan kita di tengah² cahaya lainnya yang berwarna-warni.

Saat kita diturunkan ke bumi, kita telah dibekali dengan talenta tertentu yang menjadikan ciri khas diri kita.
Dengan talenta itulah kita akan melaksanakan misi jiwa kita.
Tapi banyak orang tidak mengenali talentanya atau mengabaikannya, demi mencari dan mendapatkan pengakuan dunia atau harta duniawi, bukannya mewujudkan misi jiwanya.
Itu sebabnya hidup mereka menjadi gelisah dan tidak tenang, karena mereka tidak berada pada tempat yang seharusnya.
Jiwa mereka juga tidak berkembang karena mereka tidak menggunakan talenta yang diberikan, dan malahan mengejar apa yang bukan menjadi bagiannya.

Menjadi unik, bukan menjadi sempurna adalah panggilan hidup kita.
Kalau menunggu sempurna dulu baru berkarya, kita hanya akan jalan di tempat.
Kapanpun dan di manapun, orang yang mencela dan hanya bisa menjatuhkan mental saja akan selalu ada.
Mari kita menjawab tantangan mereka dengan terus maju, di tengah ketidaksempurnaan kita.
Kita ingin menjadi penulis, pengajar, penasihat tapi kita masih emosian, ya tetap lakukan saja apa yang bisa kita lakukan, menghasilkan karya, jangan terbebani dengan sifat kita yang emosian lalu tidak maju-maju.
Berkaryalah, dan Tuhan yang akan menyempurnakan.

Tidak ada komentar: