Google

Selasa, 14 Agustus 2007

Menjadi Pembelajar Kehidupan

Ketika seseorang memasuki situasi dan kondisi yang baru, apa yang pertama-tama harus dilakukannya?

Ya, benar... ia perlu BELAJAR!

Ciri kehidupan adalah selalu BERGERAK dan BERUBAH. Dan setiap perubahan mengisyaratkan adanya sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, dan itu butuh dipelajari.

Sebelum masuk SD, saya belum tahu apa itu berhitung dan membaca. Saya baru mengetahuinya ketika saya berubah status menjadi murid SD dan mulai belajar tentang angka dan abjad. Demikian seterusnya sampai setiap kali saya naik tingkat, dari dasar ke menengah, menengah ke level atas, kemudian ke jenjang S1, saya harus terus menerus belajar dan menyesuaikan diri dengan pelajaran yang ditargetkan. Itu contoh belajar di sekolah secara institusi. Bagaimana dengan sekolah kehidupan?

Sepanjang dunia masih terus bergerak dan berubah, yang namanya belajar tak akan pernah berhenti. Saya pernah baca sebuah buku, kalau tidak salah judulnya Strategi Kebudayaan. Di situ dituliskan bahwa salah satu dorongan (alami) manusia selain untuk mempertahankan hidupnya adalah untuk menjelajah (explore) dunia. Ada hasrat selalu ingin tahu dan mencari tahu. Ingin menyelidiki dan meneliti, terutama yang berkaitan dengan alam dan manusia itu sendiri. Jadi dari sini kita tahu, bahwa belajar itu sudah bawaan alami manusia. Belajar bukan hanya perlu tetapi mutlak. Belajar atau mati! Kalau Anda tidak mau belajar, Anda akan mati lebih dini karena tak bisa menyesuaikan diri. Itu sesuai hukum evolusi dari Darwin bukan?

Ciri seorang pembelajar (versi saya) adalah: rendah hati; tidak malu bertanya; tidak takut mencoba; tidak takut gagal; terus mencari tahu dengan antusias; mengamati (observasi) dan tidak mencari kambing hitam. Kebanggaan seorang pembelajar sejati adalah: kemenangan di dalam diri. Lho kok?

Ya, karena pertarungan yang sesungguhnya terjadi di dalam diri. Jangan sibuk menyalahkan setan kalau Anda melakukan perbuatan amoral. Jangan sibuk menyalahkan orang lain kalau Anda gagal. Menang atau kalah itu semua sudah Anda tentukan sendiri di dalam diri.

Bagi seorang pembelajar, semua yang ada di sekitarnya adalah Guru. Apakah itu pasangan kita, anak-anak kita, orangtua kita, atasan atau bawahan kita, rekan kerja kita, tukang ojek yang mengantar jemput kita, tukang sayur yang lewat di depan rumah kita, pembantu kita, sopir angkot, kasir di supermarket, klien kita, artikel dari website atau blog tertentu, buku-buku, bahkan film dan acara yang ditayangkan di TV. Semua bisa jadi guru kita, tergantung dari cara kita memandang dan menarik pelajaran darinya. (Saya sendiri tidak hobi nonton film di TV. Tapi setiap kali akhirnya tertarik nonton, itu karena di hati seperti ada dorongan untuk terus nonton film tersebut sampai selesai. Di akhir cerita barulah saya tahu, bahwa ternyata ada pesan moral tertentu yang perlu saya pelajari dari film tersebut).

Dalam setiap perjumpaan kita dengan seseorang atau sesuatu, itu pasti ada maksudnya, karena alam tidak mengenal istilah "kebetulan". Alam bekerja berdasarkan hukum sebab akibat. Saya sendiri setiap kali bertemu atau berkenalan dengan seseorang selalu secara otomatis bertanya, Mengapa saya harus bertemu dengan dia? Untuk apa? Apa yang harus saya pelajari dari orang ini? Atau ketika diperhadapkan pada satu masalah/ peristiwa, saya selalu bertanya apa yang harus saya pelajari dari peristiwa ini? (hehehe..., mungkin karena kategori kepribadian saya versi MBTI adalah INTJ (Introvert - Intuitive - Thinking & Judging, ya?).

Nah, jadi jelas kan... kalau kita ingin maju, nggak ada gunanya menyalahkan orang lain. Karena dengan cara itu, kita sudah menutup jalan untuk mengetahui lebih banyak lagi suatu pelajaran yang semestinya kita dapatkan.

Di postingan saya sebelum ini, pernah saya singgung tentang bagaimana kita perlu mengubah cara kita bereaksi. Stephen R. Covey dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People menuliskan secara detail perbedaan sikap reaktif dan proaktif.

Orang yang reaktif seringkali dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka. Jika cuaca bagus, mereka merasa senang. Jika tidak, cuaca itu mempengaruhi sikap dan prestasi kerja mereka... Ketika orang memperlakukan mereka dengan baik, mereka merasa senang, jika sebaliknya mereka menjadi defensif atau protektif...
Orang yang reaktif membangun kehidupan emosional mereka di sekitar perilaku orang lain, memberi kekuatan pada kelemahan orang lain untuk bisa mengendalikan mereka...
Orang yang reaktif digerakkan oleh perasaan, oleh keadaan oleh kondisi, oleh lingkungan mereka.

Sementara orang yang proaktif dapat mengatur cuaca mereka sendiri. Entah hari hujan atau cerah tidak ada bedanya bagi mereka. Mereka digerakkan oleh NILAI; dan jika nilai mereka adalah untuk menghasilkan kerja yang berkualitas, maka nilai ini bukanlah suatu fungsi dari cuaca yang mendukung atau tidak...
Kemampuan untuk menomorduakan impuls sesudah nilai merupakan inti orang yang proaktif.
Orang yang proaktif digerakkan oleh nilai-nilai yang sudah dipikirkan secara cermat, diseleksi dan dihayati.
Orang yang proaktif tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, namun respons mereka terhadap stimulus tersebut sadar atau tidak didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasarkan nilai tertentu.

Mungkin menjadi proaktif adalah jenjang pertama yang perlu kita pelajari dalam hidup ini sebelum memasuki jenjang berikutnya dari sekolah kehidupan. Tetapi jujur saja untuk menjadi proaktif ternyata sulit banget terutama buat orang-orang seperti saya yang cenderung impulsif dan reaktif ini, hehehe... Butuh latihan yang terus menerus dan bertahun-tahun, bahkan mungkin selamanya agar bisa memiliki karakter seperti ini. Tapi jangan menyerah. Meskipun saya sendiri belum berhasil, paling tidak ada progress-nya lah... (hahaha, menghibur diri kan tidak dilarang...).

Sebelum menutup postingan, ada sebuah pesan yang sangat inspiratif dari ibu Eleanor Roosevelt (mantan Ibu Negara Amerika Serikat) yang bunyinya demikian :

Tak seorang pun dapat menyakiti Anda tanpa persetujuan Anda.

(Maksudnya kalau kita merasa terluka, sebenarnya bukan orang lain yang membuat kita terluka, tapi kita-lah yang mengizinkan hal itu menjadi luka)

OK, sampai jumpa pada postingan berikutnya.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Prinsip "kebetulan" memang masih membingungkan. Suatu keadaan atau kondisi kadang-kadang menuntun kita ke keputusan atau tindakan atau peristiwa tertentu. Misalnya yang pernah saya alami adalah saya akan ke mall A, tetapi karena parkir penuh, kemudian pindah ke mall B. Di situ saya bertemu dengan "sahabat" lama yang tinggal di kota yang berlainan, lebih dari sebelas tahun kami tidak pernah bertemu.
Dari tulisan "journey" sebelumnya, bahwa hidup ini sudah ada "skenarionya" ?

Ester S.Devi mengatakan...

Selalu ada maksud dari sebuah "ketidakbetulan".... :)

Anonim mengatakan...

"Kebetulan" adalah kata yang sering digunakan.
Ibu Jennie S.Bev ketika mengirim e-mailnya : "..... Menjadi inspirasi bagi Ester, yang postingan di blog barunya secara tidak sengaja saya temukan....."
Awalnya saya search ke Google dengan kata kunci "Tung Desem Waringin", lalu muncul suatu web blog milik pak Hian yang mengulas keiktsertaannya pada seminar pak TDW.
Pada salah satu postingnya (pak Hian), dia merujuk ke ebook "Mindset Sukses"-nya ibu Jennie.
Jadi "kebetulan" ini ternyata bertingkat sampai saya menemukan "http://ester-journey.blogspot.com/" :-)

Ester S.Devi mengatakan...

Luar biasa...
Law of Attraction (LoA) lah yang membawa orang-orang yang memiliki minat dan atau chemistry yang sama, untuk saling mendekat dan saling menarik... menuju apa yang disebut orang sebagai synchronicity atau synchrodestiny...
Ada bukunya lhooo..., tertarik?

Anonim mengatakan...

Kalau ada bukunya, judulnya apa ya ? Perlu diulas juga di blog ini ya :-) Oh ya, mau tanya mengenai Institut Darma Mahardika, apakah suatu perguruan tinggi, atau semacam perhimpunan, atau tempat kursus ?

Ester S.Devi mengatakan...

1. Synchro Destiny - Harnessing the infinite power of coincidence to create miracles by Deepak Chopra.

2. Synchronicity - The Promise of Coincidence by Deike Begg.

Keduanya bicara tentang Coincidence (kebetulan).

Dan ini info terbaru dari Bpk Ikhwan Sopa yang saya cuplik dari milis Money Magnet tadi pagi:

Buat Anda yang berminat, Anda bisa mendownloadnya secara langsung di sini:

The (Shocking!) Truth About Action

Inilah contoh bagaimana LOA bekerja. Seinget saya, dulu saya tidak mendownloadnya dari situs ini. Bahkan, situs ini sendiri belum ada waktu itu. Tapi begitulah, ternyata e-book ini memang menjadi bagian resmi dari "The Secret".

Silahkan download, and make your self shocked!

Semoga bermanfaat!