Menjelang peringatan hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus y.a.d, semalam Metro TV menayangkan kisah mantan pejuang kemerdekaan yang hidupnya saat ini begitu prihatin. Boro-boro memperoleh pensiun, diperhatikan oleh Pemerintah saja tidak.
Entah kenapa, tiba-tiba saya membayangkan seandainya saya yang menjadi Bapak itu. Di zaman perang dengan segala keterbatasan, terus berjuang tanpa pamrih, asalkan merdeka. Hidup ala kadarnya, bahkan sering tak memikirkan nasib keluarga bahkan nyawanya, yang utama adalah kepentingan bangsa dan negara. Kini saat seharusnya ia boleh berbangga akan hasil perjuangannya, menikmati apa yang diperjuangkannya, ia justru melihat generasi penerusnya sibuk mementingkan perut sendiri, saling sikat dan sikut ke sana kemari. Kemerdekaan yang semestinya dinikmati bersama oleh para tetua, justru bagai pisau membelah dada. Baca: menyakitkan! Menorehkan luka!
Di sinilah saya menjadi sadar, pentingnya untuk terus menjalin hubungan emosi dengan para pendahulu kita. Bukan hanya dengan keluarga kita, tapi juga sebagai satu bangsa.
Yah, mungkin tanpa kita sadari kesibukan sehari-hari telah membuat kita abai. Bukan saja pada orang tua kita sendiri, juga kepada para tetua bangsa. Sering keegoisan kita menuntut untuk lebih memperhatikan diri sendiri ketimbang mereka.
Bicara tentang para pendahulu, bukan hanya tentang orang yang lebih tua, tetapi siapa saja yang sudah berjalan mendahului kita. Kita pantas menghormatinya dan angkat topi bagi mereka. Kenapa? Karena paling tidak mereka memiliki keberanian yang lebih daripada kita (meskipun secara usia lebih muda dari kita). Mereka sudah berhasil mengalahkan ketakutan lebih dulu daripada kita. Ya, para pendahulu adalah orang-orang yang berani melangkah lebih dulu dari sesamanya. Itu menunjukkan kebesaran jiwa, kemurahan hati dan kebijaksanaan dari sang empunya. Sementara mereka yang masih tertinggal di belakang, yang masih bergelayut dengan kekuatiran dan ketakutan mereka, menunjukkan betapa kerdil dan egoisme yang masih mengakar di dalam dirinya.
Para pendahulu, bagaimana pun pantas disejajarkan dengan kapasitas dan kualitas seorang pembimbing. Mereka yang membukakan jalan untuk kita, menjadi prototipe kita, mendampingi, mengajar, melindungi bahkan mungkin bertaruh nyawa untuk kita.
Bicara soal pembimbing, di alam roh sebagaimana yang digambarkan oleh Dr. Michael Newton juga ada roh-roh yang ditunjuk sebagai roh pembimbing. Berikut cuplikannya:
Pengenalan akan guru spiritual membuat orang menyatu dengan kuasa kreatif yang hangat dan penuh cinta. Melalui roh pembimbing, kita menjadi sadar terhadap kelanjutan hidup dan identitas kita sebagai mahluk roh. Roh pembimbing adalah sosok yang agung dalam keberadaan kita, karena mereka adalah bagian dari pemenuhan takdir kita. (hal 149)
(Kadang-kadang) gagasan yang kita akui sebagai gagasan kita sendiri boleh jadi berasal dari roh pembimbing yang peduli. Roh pembimbing juga menghibur kita selama masa-masa pencobaan dalam hidup kita, terutama pada saat kita masih menjadi kanak-kanak yang membutuhkan dukungan. (hal 151)
Selama hidup, terutama pada masa-masa yang paling berat, sebagian besar orang merasakan kehadiran seseorang yang menjaga mereka. Walaupun mungkin kita tidak dapat menjelaskannya, tetapi kuasa itu nyata ada (hal 169).
Selama masa-masa sukar, kita cenderung meminta bimbingan agar masalah terselesaikan...
Roh pembimbing tidak membantu mengatasi semua persoalan secara sekaligus, namun menunjukkan jalan dengan menggunakan berbagai petunjuk (hal 170)
Bagaimana cara mengenal roh pembimbing kita?
Seseorang bisa mengenal roh pembimbingnya dalam kondisi trans, terhipnosis, atau berada pada gelombang alpha/theta saat meditasi, dan bahkan mati suri.
Orang yang sering bermeditasi biasanya sudah tak asing lagi dengan penglihatan atau perasaan tentang adanya sosok tak berwujud itu (hal 149).
Apabila kita berada dalam kondisi relaks dan fokus yang tekonsentrasi, suara batin akan berbicara pada kita... Orang yang menyimak dan menerima suara batin mereka melalui kontemplasi yang hening mengaku memperoleh rasa aman dan damai... (hal 170)
(karena memang salah satu karakteristik paling penting yang dimiliki roh pembimbing adalah... kemampuan untuk memotivasi dan membangkitkan keberanian kita... hal 158. pen.)
Meski demikian, Newton mendapati bahwa sekalipun ada roh pembimbing, jalan hidup kita tetaplah kita sendiri yang menentukan. Berikut kutipan wawancaranya dengan salah seorang subyek yang dihipnosis olehnya (hal 372):
Dr. N : Dalam hidupmu, pernahkah kamu melakukan kesalahan dan memilih jalur yang salah, serta melewatkan bendera yang dilambaikan (maksudnya: petunjuk. pen) di jalan seputar pindah kerja, pindah kota, atau bertemu seorang yang berarti....?
S: Petunjuk selalu diberikan. Tetapi terkadang aku sendirilah yang menolak...kehendak hatiku. Ada masa-masa dalam hidupku saat aku berganti arah karena aku terlalu banyak berpikir dan beranalisis....
Dr. N : O, jadi kamu bisa saja melakukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah direncanakan di alam roh?
S: Ya, walaupun tidak akan membawa hasil yang positif... setidaknya kami diberi hak untuk mengabaikan bendera merah.
Pada wawancaranya yang lain (hal 364), membahas tentang pertemuan di bumi dari kelompok roh yang sudah berencana di alam roh tersebut:
S: Itulah mengapa kami dipertemukan. Akan ada saat-saat dalam hidupku ketika mereka muncul. Aku harus berusaha... mengingat tindakan mereka...cara mereka memandang... bergerak ... berbicara...
Petunjuk dimaksudkan untk memicu ingatan kita dan menginformasikan, "Bagus, kamu sudah sampai". Didalam batin, kita bisa berbicara pada diri sendiri "Kini saatnya memasuki fase selanjutnya". Walaupun tampaknya sepele, bendera itu adalah titik balik dalam kehidupan kita...
Nah, lo... ngomongin soal para pendahulu kok jadi cerita detail soal roh pembimbing dan petunjuk segala....
Ya, bagi saya ini penting untuk diperjelas, agar hidup kita semakin sarat dengan penghargaan terhadap mereka yang telah mendahului kita, para pembimbing kita. Ketika kita tahu panggilan mereka adalah untuk mengarahkan agar kita tak tersesat atau membuang-buang waktu berada di jalan yang salah, maka kita akan lebih dimampukan untuk meng"orang"kan mereka.
Nah, akhirnya... selamat berkenalan dengan roh pembimbing Anda. Selamat menghargai para pendahulu kita. Selamat merayakan hari Kemerdekaan Negara Rrepublik kita yang tercinta. Merdeka!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Saya teringat sebuah film yang berjudul "Patriot" oleh Mel Gibson sebagai pemeran utamanya. Pada awalnya saya kira film itu tentang perjuangan melawan penjajah terhadap suatu negara. Ternyata film itu berkisah mengenai perjuangan seorang ayah untuk "menyelamatkan" keluarganya. Terjadi pergeseran makna antara istilah "patriot" (dalam konteks perjuangan untuk negara dengan cerita di film tersebut).
Tetapi kalau ditelaah lebih lanjut, apakah makna yang terkandung di dalam cerita film tersebut adalah lebih mencerminkan suatu realita yang sesungguhnya?
Sepertinya saya pernah nonton film yang Anda maksud, tapi agak lupa. Menurut saya yang penting adalah esensinya, bahwa kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberaniannya berjuang/ mempertaruhkan nyawanya demi orang lain. Ini diulas juga di alam roh lho tentang apakah roh tersebut dianggap berhasil/tidak dalam misinya ke bumi. Salah satu standar keberhasilannya ya keberaniannya untuk berkorban itu...
Posting Komentar