Google

Selasa, 07 Agustus 2007

Belajar dari para Tokoh

Ada sedikit masukan dari rekan saya mengenai tulisan "Sang Alkemis" di awal blog ini. Wah... yang belum baca bukunya nggak tau dong maksudnya.., begitu katanya.

Memang "Sang Alkemis" adalah novel sastra yang indah dan sarat dengan simbol-simbol yang bikin orang mengernyitkan dahi jika tidak memahami maksudnya. Namun sesungguhnya filosofi kehidupan yang termaktub di dalamnya sangat riil dan lumrah kita jumpai dalam hidup sehari-hari. Apa yang dialami oleh Santiago (tokoh utama dalam cerita ini) sangat dekat dengan pengalaman kita sendiri. Dan karena hidup adalah PILIHAN, maka mari belajar dari Santiago untuk mengelola pilihan-pilihan yang diperhadapkan kepada kita setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Bagi yang gemar mempertanyakan makna diri serta makna kehidupan, buku ini benar-benar memberikan inspirasi yang mencerahkan.

Saya memahami, bahwa tidak setiap orang (tergantung tipe dan karakteristiknya) senang mempertanyakan dan mencari tahu apa tujuan hidupnya atau apa yang menjadi takdirnya. Mungkin sebagian orang lebih suka "menikmati hidup" daripada memusingkan tentang maknanya.
Sebagian lagi mungkin memilih untuk langsung action saja dalam hidup ini daripada berlama-lama memikirkan filosofinya.

Namun dari semua tipe kepribadian yang ada di muka bumi ini, saya yakin ada satu kesamaan. Yaitu bahwa hidup ini memiliki tujuan. Kita hidup di dunia ini bukan suatu kebetulan.

Terus terang saya pribadi bukan tipe yang percaya bahwa kita lahir untuk bersenang-senang menikmati hidup semata. Kalau demikian halnya hidup, kenapa ada penderitaan? Kenapa kita harus berjuang jika mengingini sesuatu dan tidak bisa langsung memperolehnya?

Lantas jika hidup ini memiliki tujuan, apakah tujuan itu?

Banyak orang pikir, menjadi kaya raya adalah tujuan manusia hidup di dunia. Dengan kekayaan yang dimilikinya, seseorang bisa mendapatkan apa saja yang dia mau. Sayangnya, kaya raya di sini sering disamakan konotasinya dengan uang dan harta benda. Jadilah orang berlomba-lomba mengejar uang dan harta sebagai salah satu pencapaian tujuan hidupnya.

Well, tapi di sini saya ingin berbagi, bahwa ternyata uang dan harta bukanlah segalanya. Saya sering memikirkan dengan serius para tokoh dunia yang besar bukan karena uang atau hartanya. Mahatma Gandhi yang saat meninggal hanya memiliki 1 pasang sandal, 1 alat tenun sederhana dan 1 perangkat alat makan. Mother Teresa yang semasa hidupnya hanya punya 2 pasang baju sari murahan, satu dicuci dan satu lagi dikenakan. Nelson Mandela, yang selama 27 tahun meringkuk di penjara namun akhirnya keluar sebagai pemenang....
Nyata bukan bahwa tak satu pun dari mereka besar karena uang atau hartanya?
Mereka justru besar karena PENDERITAAN!

Saya juga sering mempelajari kitab suci, bukan karena sok religius atau apa, tapi di situ saya belajar mengenai tokoh-tokoh. Dua tokoh favorit saya adalah Yusuf yang selama 13 tahun di penjara tanpa alasan yang jelas, namun akhirnya menjadi Perdana Menteri di Mesir. Yang kedua adalah Musa, yang menghabiskan 80 tahun masa hidupnya di padang gurun demi mendampingi perjalanan sebuah bangsa besar menuju tanah impiannya. Mengapa Yusuf harus dipenjara dulu sebelum menjadi pemimpin di Mesir? Kenapa Musa harus bersusah payah hidup di padang gurun sementara semestinya ia bisa enak-enak tinggal di istana Raja?

Dari perenungan-perenungan semacam itulah akhirnya saya menemukan hubungan antara: tujuan hidup - penderitaan - kebesaran (bahasa populernya: kesuksesan).
Dan jika saya rampatkan dalam 1-2 kata, kata kuncinya adalah: Pertumbuhan KARAKTER.
Ya, segala peristiwa suka dan duka yang kita alami selama hidup ini tujuannya adalah pertumbuhan karakter kita. Sementara kendaraan untuk menuju ke sana adalah: BELAJAR.

Saya tidak mengatakan bahwa uang atau harta tidak penting atau tidak perlu. Tapi kalau kita lantas tidak bisa hidup tanpa uang dan harta, itu yang keliru. Atau ketika kita punya uang dan harta, tapi kita tidak belajar apa-apa dan tidak bertumbuh karakter kita karenanya, maka hidup kita juga sia-sia alias tak ada gunanya.

Harta kita yang terbesar adalah spirit (semangat) kita. Viktor Frankl yang bisa bertahan di camp tahanan Nazi Jerman, Pramoedya Ananta Toer yang bisa bertahan di pembuangannya di pulau Buru, Nelson Mandela yang bisa bertahan 27 tahun di penjara, semua dimungkinkan karena kekuatan spirit mereka.

Pertanyaannya: apakah kita sudah menyadari kedahsyatan spirit itu di dalam diri kita?

Salam.

Tidak ada komentar: