Apa yang Anda rasakan? Bingung? Ingin marah? ingin menangis? ingin lari? merasa tertekan? frustrasi? depresi? panik tak terkendali?
Apa yang Anda lakukan? Segera ambil tindakan? Sibuk menyalahkan keadaan? Marah-marah?Mengomel?Bersungut-sungut? Atau malah diam tak berdaya?
Saya mengalaminya beberapa waktu belakangan ini.
Pembantu rumah tangga yang sudah 5 tahun bekerja pada kami tiba-tiba mengundurkan diri karena akan menikah. Wah, mendadak urusan rumah yang semula tak lagi jadi pikiran jadi keteteran..., anak tak terurus padahal sedang musim ulangan...,
Dapat pembantu pengganti, ehh bukannya cocok, malah menambah masalah sendiri...
Tagihan listrik yang mendadak naik 2x lipat bulan ini, bukan karena pemakaian kami melainkan karena kelalaian petugas pencatatnya. Tapi malah kami sebagai konsumen yang harus menanggungnya...
Pengeluaran-pengeluaran tak terduga yang meledak luar biasa mulai dari keperluan sekolah anak, urusan sosial kemasyarakatan, acara tujuhbelasan..., dll
Orang-orang terkasih yang salah mengerti, menyebabkan putus komunikasi dan beban emosi...
Urusan pekerjaan di kantor, target sales yang tidak tercapai, rekan sekantor yang tiba-tiba berselisih paham...
Plafon rumah yang bocor kena hujan awal musim kemarin, anjing kesayangan yang tidak mau makan dan terserang demam...,
Kabar yang kurang menggembirakan hari ini dari program investasi yang saya ikuti...
Wah, pendeknya bertubi-tubi dan membutuhkan kesabaran tinggi untuk menghadapinya.
Dulu, sebelum komit menjalani program transformasi diri, saya akan langsung panik, tegang, dan marah-marah setiap kali menghadapi kondisi seperti ini. Maklum, biasanya saya selalu mengatur sedemikian rupa semuanya supaya dalam keadaan terkendali dan mereduksi hal-hal yang terjadi di luar dugaan.
Tapi sekarang saya mulai bisa dengan lebih mudah menerima keadaan dan kenyataan.
Resepnya adalah: Diam - Amati - Terima Saja dan Syukuri.
Maksudnya demikian,
Jika suatu kali tiba-tiba kita mengalami sebuah kejadian tak terduga, jangan langsung bereaksi. Ambil waktu sejenak untuk berdiam diri dan mengamati. Amati saja, jangan menganalisa. Amati dan pelajari.
Diam yang saya maksud bukan berarti tidak cepat tanggap. Juga bukan bengong-bengong saja tanpa daya. Diam di sini artinya menenangkan diri, mengendalikan emosi.
Jangan menganalisa maksudnya jangan menggunakan otak sadar kita yang terbatas ini untuk mengatasi. Masuklah ke level alpha alias subconscious mind karena di situlah letak solusi yang kita butuhkan. Masuklah ke ruang meditasi di dalam diri karena Tuhan dan alam semesta akan membantu kita menemukan jawabnya.
Akan berbeda jika kita menanggapi semua masalah itu dengan emosi yang bergejolak. Atau bergerak di level beta di mana kita cenderung menggunakan logika dan bukan rasa. Intuisi dan kata hati yang seharusnya kita ikuti malah akan nyaris tak terdengar.
Keadaan diam sesungguhnya menjadi penolong kita dalam menemukan jawaban kreatif atas setiap masalah yang kita hadapi. Sebagaimana kata-kata bijaksana yang saya kutip berikut ini:
"dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu..."
... in quietness and in confidence shall be your strength...
Yang kedua, terima saja dan syukuri.
Kadang-kadang, ada masalah yang ingin segera kita atasi namun tak kunjung memperoleh solusi. Atau suatu keadaan yang ingin kita ubah namun tak kunjung bisa berubah. Jalan satu-satunya ya tidak perlu memaksakan diri. Terima saja dan syukuri.
Saya mendapat insight dari buku Ric A. Weinman: Tangan Anda Dapat Menyembuhkan (Your Hands Can Heal) yaitu bahwa ketika kita bernafas, tugas kita hanya menerima saja.
Ya, ada beberapa hal dalam kehidupan ini yang kita dapatkan tanpa perlu mengusahakannya. Misalnya udara untuk bernafas, sinar matahari, dsb. Sikap kita di sini hanya perlu menerima saja dan mensyukurinya. Sulit membayangkan kita berontak atau lari menghindari udara atau kehangatan sinar matahari bukan?
Maka dalam menghadapi masalah, saya mencoba menerapkan teknik yang sama. Pertama-tama saya ubah mindset saya tentang masalah. Saya tempatkan masalah pada posisi yang netral. Bukan hal yang mengancam atau membuat saya lari ketakutan. Saya anggap sebagai hal yang lumrah untuk dihadapi dalam kehidupan. Itu mencegah saya menjadi panik, berontak atau lari daripadanya.
Setelah itu, dengan berdiam diri saya akan terima saja dulu apapun yang terjadi itu tanpa komentar, tanpa reaksi. Semudah saya menarik nafas dari detik ke detik. Terima saja. Terima saja. Dalam beberapa saat, tiba-tiba saya akan merasakan sebagian besar beban masalah itu sudah terangkat. Beda rasanya jika saya berontak. Badan dan pikiran akan terasa letih, energi terkuras untuk melawannya. Tapi dengan menerima, energi saya terasa utuh. Saya merasa lebih kuat.
Kekuatan berikutnya diperoleh dari rasa syukur. Saat kita bisa menemukan satu saja hal yang bisa kita syukuri dalam himpitan masalah itu, akan muncul hal-hal berikutnya yang menambah kekuatan dan daftar syukur tersebut. Dan tanpa terasa beban kita perlahan-lahan telah berkurang tanpa kesulitan yang berarti. Karena masalah atau bukan masalah memang tergantung dari cara kita memandangnya.
Sekian dulu postingan saya hari ini, semoga ini bisa bermanfaat bagi mereka yang sedang dalam himpitan masalah.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar