Apa yang dikaryakan ibu-ibu PKK dan Karangtaruna itu sangat luar biasa. Mereka kreatif bisa membuat tas cantik, dompet, cover meja, cover tempat tisu dan tirai dari bahan sampah plastik. Sampah platik itu dari bungkus pop ice, coffemix, marimas, nescafe dan berbagai plastik yang berbahan dari alumunium foil lainnya.
Misalnya, Wahyuni (29), istri kepala dusun setempat, di rumahnya itu disulap seperti bengkel kerajinan. Berbagai bungkus minuman cepat saji dari berbagai merek berserakan di depan rumah. Di depan rumahnya ada beberapa gundukan sampah plastik, ternyata gundukan sampah itu merupakan bahan baku kerajinan yang dibuatnya.
Dengan dibantu beberapa ibu-ibu PKK dan Karangtaruna, pembungkus makanan dan minuman itu dicuci menggunakan sabun. Setelah itu dikeringkan, plastik dibersihkan dengan lap kain. Warna-warna pembungkus itu tampak kinclong, bersih dan mengkilat. Selanjutnya, siap dipotong salah satu bagian ujungnya dan dirangkai dengan cara dijahit menggunakan benang dengan mesin jahit.
Selesai sudah Wahyuni merangkai plastik kecil itu menjadi lembaran plastik yang agak lebar. Setelah ditentukan polanya, dia mulai melapisi plastik itu dengan kain blaco. Sebuah pekerjaan yang rumit dan membutuhkan ketelitian, namun dia dengan telaten hampir menyelesaikan pembuatan tas cantik.
Konsentrasi membuat wajahnya berkeringat, namun dia tak menghiraukan itu. Setelah tas yang dibuatnya mulai terlihat sudut-sudutnya, dia tinggal memberi tali. Hasilnya luar biasa sebuah tas cantik, warna dan tulisan yang terpampang pada tas merupakan asli bawaan dari pembungkus makanan dan minuman yang dijadikan bahan dasarnya. Memang terkesan seperti sponsor, karena melekat nama mereknya.
''Tapi justru itu nilai seninya, warna dan nama merek pembungkus menjadi menarik. Misalnya, dari pembungkus pop ice warna merah, maka tas itu yang dominan warna merah dan sedap dipandang,'' kata Wahyuni.
Kelola sampah
Apa yang dilakukan ibu-ibu disana adalah bagian dari kampanye pengelolaan sampah. Kreatifitas membuat tas dan berbagai pernah-pernik lainnya itu merupakan merupakan program lanjutan dari pengelolaan sampah oleh Paguyuban Sampah Mandiri dusun setempat.
Menurut Sekretaris Paguyuban, Eko Wardiyanto, program pengelolaan sampah dimulai pada November tahun lalu yang didukung Dinas Lingkungan Hidup, kabupaten setempat. Setelah program berjalan beberapa warga dikursuskan untuk membuat kerajinan dari sampah plasik di Yogyakarta. Baru pada Februari tahun ini, paguyuban mulai berkarya membuat kerajinan.
''Bahan baku pembuatan kerajinan berasal dari sampah-sampah warga setempat. Untuk sementara memang itu tujuannya, bagaimana mengelola sampah dengan baik dan memberikan manfaat peningkatakan kesejahteraan masyarakat setempat,'' katanya.
Produksi berbagai kerajinan itu, kata dia, memang masih terbatas. Karena bahan baku berasal dari sampah masyarakat setempat saja. Padahal peluang pasar sangat bagus. Dia mencontohkan, sudah dikirim ke Jakarta dan untuk memenuhi permintaan pasar lokal.
''Kami sering mengikuti pameran dan ternyata itu sebagai ajang promisi yang efektif dan murah. Selain itu bisa kampanye cara-cara pengelolaan sampah pada pengunjung setand,'' tambahnya.
( sholahuddin al-ahmed/cn05 )Sumber:http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0705/21/dar4.htm
1 komentar:
Untuk mengurangi pemanasan global, sampah plastik memang harus dikelola sedemikian rupa untuk agar membantu mencaga bumi ini.
kerajinan ini sangat menarik sekali..saya ingin mencobanya.
Posting Komentar