Google

Rabu, 24 Desember 2008

RENUNGAN NATAL 2008








Entah kenapa beberapa tahun belakangan ini saya merasa sulit merayakan Natal seperti sebelum- sebelumnya, yang identik dengan semarak pesta, kerlap-kerlip lampu di pohon Natal, makanan dan kue-kue yang berlimpah, ucapan selamat yang mengalir melalui email dan sms, dan bentuk-bentuk perayaan Natal "fisik" lainnya.

Saya merasa ada yang kosong di dalam. Terutama ketika di negeri ini Natal mulai sering dirayakan berbarengan dengan berbagai bencana alam. Sulit bagi saya untuk menyanyikan lagu-lagu Natal dengan gembira, sementara saya tahu di belahan dunia yang lain sedang prihatin akibat tertimpa musibah.

Apa sebenarnya Natal dan kenapa jadi identik dengan perayaan penuh gempita seperti ini?

Yang saya ketahui, pesan Natal bagi saya pribadi ada 2, yaitu:
1. JANGAN TAKUT! dan
2. TELAH DATANG BAGIMU SEORANG JURUSELAMAT.

Jangan takut! adalah pesan Natal yang paling menggugah bagi saya, bukan hanya karena pada dasarnya saya penakut, tapi pesan ini benar-benar disampaikan Tuhan kepada setiap manusia yang mau mendengarNya. Apa pun yang sedang kita alami, apakah itu musibah bencana alam, sakit penyakit, keretakan keluarga, kegagalan bisnis, kegagalan pendidikan, kehilangan harapan, dsb, dsb.... pesan Tuhan bagi kita hanya satu JANGAN TAKUT. Dengan kata lain: BERANILAH! Karena apa? Karena kita tidak sendiri lagi. Itu pesan yang kedua. Karena TELAH LAHIR BAGIMU SEORANG JURUSELAMAT.

Juruselamat tak lain dan tak bukan adalah Tuhan sendiri yang telah berjanji tak akan meninggalkan kita. Itu adalah janji Tuhan yang sungguh menguatkan. Tuhan berjanji akan senantiasa hadir di dalam kita, di antara kita, menyertai kita, apapun yang terjadi. Dan itu lebih dari cukup untuk memompa keberanian kita dalam mengarungi arus kehidupan ini.

Dan setelah itu apa?

Setelah kita mengetahui dan mempercayai janji-janjiNya tersebut, lantas apa?
Kita tak boleh berdiam diri dan berhenti hanya sampai di sini saja, karena pesan Natal tersebut harus disampaikan. Disampaikan kepada siapa? Kepada yang membutuhkannya. Yaitu orang-orang yang merasa kosong di dalam seperti saya, orang-orang yang sedang cemas, kuatir, depresi, patah semangat, takut menghadapi hidup ini, kehilangan harapan, kehilangan makna hidup, dsb. Itu sebabnya saya merasa kurang "pas", jika Natal hanya dirayakan sebagaimana saya sebutkan di atas tadi. Natal semestinya kita hadirkan sebagai penyemangat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terutama mereka yang lebih menderita dari kita.

Saya ingat bahwa Yesus yang kita rayakan pun tak lahir di tengah kemegahan dan gemerlap cahaya. Ia lahir dalam suasana prihatin dan ketegangan. Namun justru di situlah Ia membawa cahaya bagi orang-orang di sekitarnya.

Apakah kita yang merayakan Natal saat ini juga telah membawa cahaya bagi orang-orang di sekitar kita? Apakah kita juga turut berbela rasa dengan mereka yang menderita, yang saat ini berada di pengungsian akibat longsor dan kebanjiran? kehilangan rumah dan harta benda karena kebakaran dan penggusuran? kehilangan sanak saudara dan anggota tubuh karena peperangan dan penganiayaan? Sudahkah kita menyampaikan kabar baik tentang JANGAN TAKUT karena TELAH LAHIR BAGIMU JURUSELAMAT kepada mereka?

Natal adalah kelahiran Tuhan dalam hidup kita. Jika Ia telah lahir di dalam kita, bagaimana mungkin kita tidak menunjukkan tanda-tanda kehadiranNya dalam hidup kita? Setidaknya, biarkanlah sesama kita melihat dan merasakan bahwa Tuhan ada, melalui sikap dan teladan hidup kita.

SELAMAT NATAL 2008. TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA.

Salam,

Tidak ada komentar: