Google

Sabtu, 08 November 2008

OBAMA...OBAMA...!!!

Bukan hanya warga Amerika Serikat yang tegang dan menunggu dengan penuh debar hasil pemilihan presiden tahun ini, tapi hampir seluruh dunia tersedot perhatiannya untuk tidak melewatkan detik-detik paling bersejarah ketika untuk pertama kalinya seorang keturunan Afro-Amerika tampil sebagai orang nomor satu di negeri super power tersebut. Dan ketika akhirnya Obama memenangi pemilu, seluruh dunia seolah tenggelam dalam sukacita dan pesta pora.

Apa yang sebenarnya mereka rayakan? Sedemikian dahsyatkah kharisma dan daya tarik Obama sehingga mereka begitu merasa punya keterikatan batin dengannya, rela antre berjam-jam dengan antusiasme yang tinggi untuk memberikan suaranya? Terlebih lagi, masyarakat di luar Amerika yang mendadak demam Obama dan turut haru biru, meneteskan air mata dan bersorak-sorai bagi kemenangannya? Benarkah hanya karena orasinya yang memukau Obama sedemikian menjadi pusat perhatian dunia? Benarkah ia hanya memenangi momentum? Benarkah karena tema "perubahan" yang diusungnya membuatnya lantas digantungi harapan berjuta manusia?

Boleh jadi alasan-alasan tersebut lah yang mendasari terpilihnya Obama. Tapi boleh jadi sebenarnya bukan kemenangan Obama yang kita rayakan atau bukan sosok Obama yang kita sanjung dan idolakan, melainkan kita semua sedang merayakan kemenangan dari sebuah "kemustahilan". Kita merayakan kemenangan diri sendiri, ketika tiba-tiba kita tersadar bahwa harapan itu nyata ada, bahwa bukan hanya Obama yang bisa menang, tapi kita semua pun memiliki kesempatan yang sama!

Obama bukan sekedar menjadi ikon warga kulit hitam atau warga Amerika pada umumnya. Ia adalah sosok yang mewakili kita semua dalam mewujudkan mimpi dan harapan, membuat yang mustahil menjadi mungkin! Obama adalah spirit dan inspirasi bagi kita semua yang rindu akan kemenangan, terutama menang atas kelemahan diri sendiri.

Ya, Obama mewakili mereka yang minoritas dan terpinggirkan. Ia mewakili mereka yang broken home. Ia mewakili Barat dan Timur karena darah dan sejarah hidupnya yang multikultural. Ia pun mewakili mereka yang putus asa terhadap hidupnya karena ia pun pernah memiliki masa lalu yang suram dalam cengkeraman narkoba. Obama mewakili kita semua, memberikan harapan bahwa kita pun mungkin bertransformasi dari yang semula bukan siapa-siapa menjadi orang yang lebih bermakna daripada sebelumnya. Kemenangan Obama adalah pertama-tama menang atas dirinya sendiri. Sesungguhnya ia sudah menang jauh-jauh hari sebelum terpilih menjadi presiden Amerika Serikat yang baru.

Bagaimana dengan kita?

Apakah detik ini kita juga sudah menang atas diri sendiri? Sanggup menerima kelemahan diri dengan besar hati, dan sanggup berbangga tanpa arogansi terhadap kelebihan diri?

Apakah kita masih sering bersikap reaktif, marah dan sakit hati ketika dikritik?

Apakah kita masih sanggup berjalan meskipun terpaksa sendirian tanpa dukungan?

Apakah kita masih suka menyalahkan pihak lain sebagai penyebab kegagalan kita?

Apakah kita masih larut dan sulit beranjak dari kegagalan masa lalu?

Apakah kita masih sulit mempercayai adanya harapan di masa depan?

Apakah kita masih sulit mengampuni diri sendiri?

Berbagai peristiwa datang dan pergi dalam kehidupan kita seperti air yang mengalir. Orang bijak mengatakan, biarkan air mengalir, jangan dibendung pun jangan dibelokkan. Karena air yang mengalir membawa serta berkah maupun musibah. Dan keduanya sama baiknya bagi kita. Tak hanya berkah yang membawa kebaikan. Namun musibah juga memberikan banyak pengajaran yang pada akhirnya juga memberikan manfaat kepada kita.

Mari kita berjuang bersama sejak saat ini, sebagaimana Obama yang menyerukan: ”YES, WE CAN!”.


Tidak ada komentar: