Google

Jumat, 03 Oktober 2008

Film "LASKAR PELANGI"

Libur lebaran kali ini saya sempatkan untuk nonton film Laskar Pelangi bersama keluarga. Film yang diangkat dari novel laris karya Andrea Hirata ini mengisahkan tentang perjuangan sepuluh anak Belitong untuk tetap bersekolah di tengah berbagai aral dan hambatan yang menghadang seperti kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan.

Ada rasa haru dan getir yang menyeruak ketika menyaksikan tokoh Lintang, anak pesisir yang cerdas, harus mengayuh sepedanya puluhan kilometer setiap harinya hanya untuk belajar di sebuah gedung sekolah yang renta dan nyaris ambruk, atapnya bocor di sana-sini sehingga seringkali harus berteduh bersama kambing ketika hujan datang menerpa. Sayang Lintang yang menjadi penyelamat sekolahnya dalam acara Cerdas Cermat SD di kotanya, ternyata tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri untuk tetap bersekolah karena harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebagai pencari nafkah keluarga. Perpisahan Lintang dengan Ibu Muslimah dan kawan-kawannya di sekolah adalah salah satu adegan dramatis yang mau tak mau membuat saya menitikkan air mata. Sungguh amat mengiris hati membayangkan betapa masa depan seorang anak manusia yang begitu cerdas secara alami, harus pupus dalam sekejap karena masalah ekonomi.

Sayang, mengingat begitu banyak hal lainnya yang ingin diangkat dalam film ini, penyajiannya terkesan terpotong-potong. Bagi yang belum membaca bukunya mungkin akan sedikit bingung dan kurang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan lewat bahasa gambar. Tetapi bagi Laskar Pelangi mania, tentu saja adegan demi adegan sangat ditunggu-tunggu karena mereka ingin melihat visualisasi dari apa yang pernah mereka baca.

Banyak komentar dan resensi telah ditulis mengenai film ini, tentu saja dengan kelebihan dan kekurangannya. Jujur saja, saya sendiri juga sedikit kecewa dengan film yang tak seindah bukunya. Meski demikian, saya tetap sangat menghargai akting para pemainnya yang telah berusaha dengan maksimal memberi roh pada film ini sehingga layak ditonton. Demikian juga gambar-gambar yang ditampilkan tentang alam Belitong yang indah, sangat artistik dan romantis. Setidaknya mengajarkan kepada bangsa ini untuk menghargai satu sudut wilayah negara kita yang selama ini kurang diperhatikan.

Bagaimanapun, saya acungi jempol bagi semua seniman pendukungnya untuk sebuah karya sastra dan film yang luar biasa inspiratif ini. Semestinya anak bangsa kita, generasi abad ini belajar memaknai setiap kesempatan yang datang, karena tidak banyak orang yang beruntung untuk bisa mendapatkan dan menikmatinya. Bravo Laskar Pelangi!

Tidak ada komentar: