Google

Selasa, 11 Maret 2008

God Loves Story

Hidup adalah serangkaian cerita. Sejarah panjang peradaban manusia ditorehkan dalam berbagai kisah yang menawan. Mulai dari kisah-kisah heroik yang menimbulkan inspirasi hingga yang saking sepelenya nyaris tak mampu diingat lagi.

Setiap manusia mempunyai kisah hidupnya sendiri. Pendek kata, bukan hanya kisah para pahlawan dan tokoh dunia saja yang perlu diabadikan dalam biografi, namun setiap kita mempunyai peluang yang sama untuk mengukirkan kisah kita di prasasti kehidupan ini.

Karena hidup itu bergerak, penuh dinamika, maka ia bisa menjadi cerita. Bayangkan hidup yang sepenuhnya statis dan itu-itu saja, betapa amat membosankan.

Namun perubahan dan dinamika selain menimbulkan gairah dan antusiasme juga menuntut pengorbanan dan penderitaan. Keseimbangan di antara keduanya itulah tujuan kita, dan memaknai keduanya itulah keindahannya.

Banyak orang berontak saat menderita. Mereka tidak siap, dan tidak mau menghadapinya. Jika boleh memilih, inginnya menghindari saja yang namanya penderitaan itu. Di sisi lain, para bijaksana justru seolah mencari penderitaan. Mereka menyepi di gunung dan hutan, menjauh dari keramaian. Mereka menghindari makanan enak dan memabukkan. Mereka sanggup menahan diri dari kantuk dan letih untuk terus melantunkan doa-doa di gelap malam. Semua ini menunjukkan betapa penderitaan bisa menjadi lawan tapi bisa juga menjadi teman. Bisa dijauhi tapi bisa pula dicari. Intinya, bukan penderitaan itu yang menjadi sebab maupun akibat. Tapi bagaimana kita memainkannya. Bagaimana kita menjadikannya sebagai sebuah cerita.

Pertanyaan klise yang nyaris abadi, apakah Tuhan benar-benar ada? Dan jika Ia ada mengapakah masih juga ada penderitaan? Mengapa Tuhan mengizinkan terjadinya penyakit, peperangan, bencana alam di mana-mana yang menelan banyak korban?

Saya bukan Tuhan dan tidak dalam kapasitas menjawab pertanyaan tersebut. Saya hanya seorang pengamat yang mencoba menelisik ke balik layar, di mana sang Dalang sedang memainkan tokoh-tokoh wayang di tanganNya. Sang Dalang, penyuka cerita, dan yang mampu membuat tontonan menjadi menarik, sekalipun harus berakhir tragis dan dramatis.

Hidup kita adalah sebuah cerita. Kita-lah pemainnya. Saat-saat yang paling indah dalam sebuah cerita adalah puncak klimaksnya. Di situlah biasanya menjadi puncak pertemuan manusia dengan Tuhan. Yaitu ketika kita mempertanyakan, kita menggumulkan, kita bergelut, kita menangis dan meratap hingga akhirnya menemukan titik kesepakatan denganNya.

Kita dan Tuhan ada dalam cerita. Kita dan Tuhan menentukan jalan cerita. Kita dan Tuhan bekerjasama menyelesaikan cerita. Tugas kita adalah memainkan peran kita sebaik mungkin selama berada di panggung kehidupan ini.

Tidak ada komentar: