Google

Senin, 20 Agustus 2007

Belajar dari Orang Yang Memusuhi Kita

Jujur saja, sebenarnya ini bukan judul postingan yang saya rencanakan untuk hari ini. Rencana berubah mendadak ketika tadi pagi saya menerima sebuah email yang berisi caci maki lengkap dengan warna teks yang serupa dengan salah satu warna bendera kita :-( . Email ini datang dari seorang rekan kerja yang cukup dekat dengan saya. Tak heran, saya sempat terhenyak dan memutuskan untuk segera melakukan introspeksi.

Tak perlulah saya ceritakan di sini mengapa dan alasan apa email itu dikirimkan. Yang lebih penting bagi saya adalah, pelajaran apa yang perlu saya petik dari peristiwa ini dan bagaimana menyikapinya.

Saya bisa saja memilih dari sekian alternatif yang mungkin. Misalnya, saya bisa saja terpancing marah dan balas memaki-makinya. Kedua, saya bisa saja ambil sikap tak mau pusing alias masa bodo atau cuek saja. Dan yang ketiga, saya bisa mengambil sikap tak bereaksi.

Benar, Anda tak salah baca.
Tak bereaksi konon adalah jalan yang harus ditempuh jika seseorang ingin "naik kelas" dalam hal kebijaksanaannya.

Beberapa waktu lalu saat belajar meditasi, saya mendapat insight bahwa peristiwa tak ubahnya seperti buah pikiran yang bermunculan silih berganti dan jumlahnya bisa ribuan macam dalam sehari, mulai dari kita bangun di pagi hari sampai malam nanti kita kembali ke peraduan.

Tak percaya? Silakan mengujinya.
Anda boleh coba luangkan 1-5 menit dengan duduk diam bersila sambil memejamkan mata. Fokuskan pikiran pada 1 titik. Dan amati apa yang terjadi.

Jika Anda tak terbiasa bermeditasi, maka dalam hitungan detik saja, pikiran Anda sudah akan melayang entah ke mana. Bisa jadi tiba-tiba Anda teringat apakah kompor sudah dimatikan? apakah pintu sudah dikunci? di mana Anda meletakkan kunci? apakah kran air di kamar mandi sudah dimatikan? Kalau belum... mudah-mudahan ada yang ingat untuk mematikan... waduh perut udah lapar nih. O, ya, mau makan apa hari ini? enaknya masak apa ya? Kalau begitu harus belanja dong? Apa saja yang perlu dibeli? belanja ke mana? sama siapa? waoowww...

Bisa dibayangkan bukan, kalau saja kita bereaksi terhadap setiap buah pikiran yang muncul bisa-bisa kita akan gagal bermeditasi. Saya sendiri sering merasa tergoda untuk membuktikan apakah yang terlintas di pikiran saya benar demikian adanya. Atau pikiran saya tiba-tiba sudah beralih fokus ke topik yang lain. Sungguh tidak mudah lho belajar tak bereaksi itu.

Meditasi adalah sebuah cara ampuh untuk melawan godaan. Kita dilatih untuk tidak gampang bereaksi baik terhadap buah pikiran, maupun terhadap berbagai peristiwa yang datang dan pergi.

Saya jadi teringat tokoh pendekar silat di cersil-nya Kho Ping Hoo atau para jagoan kungfu yang diperankan oleh Jet Lee dan Jackie Chan. Mereka yang akhirnya berhasil mengalahkan kejahatan biasanya karena sudah terlebih dahulu menang dalam menaklukkan pikiran sendiri. Cara mereka melatih diri apalagi kalau bukan belajar tak bereaksi? Sesuai bukan dengan pepatah bijaksana ini?
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.

Itu sebabnya sering digambarkan para jagoan ini menghindari keributan atau tak ambil pusing ketika para penjahat berusaha memancing reaksi mereka. Karena "terpancing" menandakan mereka sudah keluar dari jalur fokus dan mengarahkan energi mereka ke sana. Dan akibatnya, energi positif yang telah mereka pelihara selama ini bisa tercemari oleh energi negatif lawannya.

Kembali ke persoalan saya dengan rekan di atas. Apa yang bisa dipelajari?

Saya tak bilang bahwa saya yang benar dan dia yang salah. Karena benar salah adalah sebuah persepsi. Saya juga tak bilang sayalah si jagoan yang berpikir positif dan dia si jahat yang berpikir negatif.
No, no, no....

Anda ingin tahu pendapat saya?

Saya sama sekali tak menyalahkannya. Karena apa yang dialaminya pernah saya alami dan mungkin sekali waktu nanti bisa saya alami kembali. Semua manusia akan pernah mendapat ujian yang serupa dalam setiap babak kehidupannya. Kebetulan kali ini giliran rekan saya, siapa tahu berikutnya giliran saya? Itu sebabnya saya sangat memahaminya dan bisa menerima semua alasan kemarahannya. Saya juga tak benci kepadanya, malahan memakluminya.

Yang kedua, saya justru berterimakasih kepadanya. Karena dari semua caci makinya saya tahu apa yang menjadi kekurangan saya. Kadang dari seorang teman atau sahabat baik belum tentu kita memperoleh masukan yang sejujurnya, tapi justru dari orang yang memusuhi dan membenci kita, kita bisa memperoleh input yang berguna.

Yang ketiga, melalui peristiwa ini saya diingatkan untuk terus mencari solusi yang lebih seimbang bagi kebaikan bersama. Semua ketidakpuasan yang diletupkan oleh rekan saya ini menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dalam sistem yang sedang diberlakukan. Dan itu membutuhkan perbaikan atau pembenahan dengan segera.

Akhirnya, dari semua peristiwa yang terjadi pada hari ini, saya mencoba mengucap syukur. Tidak ada yang kebetulan dari sebuah ketidakbetulan. Tidak ada yang salah dari sebuah peristiwa yang nampaknya salah. Yang ada hanyalah, pembelajaran dan pelatihan agar kita menjadi manusia yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu.

Salam,

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Apa yang dimaksud dengan meditasi yang benar? Apakah mirip dengan "saat teduh" yang dilakukan oleh penganut agama Kristen ? Ataukah meditasi yang benar adalah "mengosongkan pikiran" atau justru "fokus pada sesuatu" ? Oh ya, beberapa hari yang lalu ada acara di TV yang salah satu "sub bab"-nya membahas secara singkat tentang buku "The secret", yaitu membayangkan apa yang mau diinginkan, misalnya waktu mau parkir mobil membayangkan mendapat tempat parkir yang kosong maka akan menjadi kenyataan. Salah satu "pengikutnya" adalah seorang artis yang menjadi terkenal setelah sekian kali "memfilmkan" keinginannya dalam pikirannya dan akhirnya menjadi kenyataan ?

Ester S.Devi mengatakan...

Menurut saya, saat teduh secara kristen prinsipnya adalah memprogram ulang pikiran bawah sadar berdasarkan ayat-ayat suci di Alkitab. Dan yang lebih penting adalah kontemplasi. Me-refer the journey of Jesus Christ ke dalam kehidupan spiritual orang itu sendiri.
Tentang The Secret, selain buku, ada DVD-nya juga. Saya anjurkan Anda ikut pelatihannya Bapak Adi W.Gunawan dengan SuperCamp Money Magnet-nya. Karena semua pertanyaan Anda mulai dari soal kebetulan, soal the Secret, Past Life, Roh Pembimbing dst akan terjawab karena pak Adi memang seorang Hypnotherapyst. Saya sendiri belum pernah ikut SC-nya, tapi sudah sempat mengalami apa yang Anda tuliskan, seperti selalu mendapat tempat parkir di mal saat lagi padat-padatnya. Mendapat kursi kosong di bus persis seperti yang saya bayangkan, bahkan sampai mendapat mobil baru sesuai keinginan saya dalam waktu 1,5 bulan saja. Surprise?

Anonim mengatakan...

Nah ini yang namanya betul-betul "kebetulan" :-)
Apakah bisa diceritakan pengalaman anda mendapat mobil baru sesuai keinginan dalam waktu 1,5 bulan saja ? Siapa tau saya juga bisa dapat mobil baru juga :-)
Oh ya, buku "The Secret" dan DVD-nya bisa diperoleh di mana ya ?

Ester S.Devi mengatakan...

Buku The Secret sudah ada di Gramedia. Kalo DVD-nya coba Anda lihat di sini:

Kalau mau lihat 20 menit pertama bisa di www.youtube.com gratis
(info dari Samsul
081330546436/ 031-71486946).

Atau di:http://www.thesecret.tv/home.html

Atau di:http://www.rahasiahidup.com

Semoga membantu....

Anonim mengatakan...

Thanks infonya.
Lalu cerita pengalaman anda dapat mobilnya, gimana :-)